DARI Johor ke Tanjung Pinang dengan Ferry. Rencana sholat Jumat di Masjid Sultan Penyengat dan mengunjungi Situs peninggalan Kesultanan Johor Riau Lingga yang ada di Pulau Mas Kawin Engku Putri Raja Hamida, dilanjutkan ke Batam, mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di sini.
Termasuk ke Masjid Sultan Mahmud Riayatsyah yang konon terbesar di Sumatera. Selanjutnya dengan penerbangan tengah hari keesokan harinya, rencana langsung terbang ke Ambon.
Di Ambon, sholat di Masjid Tua yang sudah berusia lebih 700 tahun dan berkeliling di kota Ambon.
Itulah rencana safari bekpekeran dakwah dari Masjid ke Masjid para sahabat dari beberapa negeri di Malaysia.
“Pak Ibrahim Ismail dari Pulau Pinang jadi ikut.”tulis pak Nor Azman Merican kepadaku.
Ia tertarik dengan program yang kami buat kali ini selama 15 hari ter-khusus perjalanan ke Indonesia bagian Timur. Ambon, Ternate, Tidore, Manado, Bunakhen, Gorontalo, Palu, Poso, Kendari dan berakhir di Makassar.
Perjalanan Trans Sulawesi akan kami tempuh dengan kenderaan roda empat, kenderaan sejenis Avanza 6 orang termsuk supir berganti ganti. Kami akan singgah dan bermalam di kota-kota yang kami lalui.
Rencana setelah dari Ambon naik pesawat terbang ke Ternate, jadwal kapal laut tidak pas pula dengan jadwal perjalanan kami bila harus Sholat jumat di Tanjung Pinang.
Menunggu kapal laut laut terlalu lama di Ambon. Kawan setuju dengan rencana yang kubuat.
Di Ambon bermalam di hotel dekat masjid Al Falah Ambon. Penerbangan dari Ambon ke Ternate sekitar satu juta rupiah, termasuk mahal dibanding penerbangan dari Makassar ke Kuala Lumpur yang masih di bawah satu juta dengan Air Asia.
Mahalnya tiket dalam negeri Indonesia ini agaknya sangat berpengaruh dengan kunjungan wisata ke Tanah Air Indonesia.
‘Ternate itu ada masjid Sultan Ternate.yang masih tetap digunakan sampai sekarang,” ujarku pada kawan kawan yang hendak kesana.
Masih terawat dengan baik Istana Sultan Ternate, begitu juga dengan Masjid di Tidore dan Istana Sultan Tidore.
Ternate pulau tersendiri. Sementara Tidore masuk di Pulau Halmahera. Kami tidak ke Ujung Pulau Halmahera menuju pulau terluar Morotai. Mungkin jadwal program selanjutnya ke sana. Terus ke Papua Raja Empat.
Unik di Masjid Sultan Ternate yang sudah berusia ratusan tahun ini, jamaah lelakinya tidak dibenarkan memakai sarung sebagai mana layaknya sholat di Masjid Masjid di Pulau Jawa.
Ada peraturan tertulis dan kita diingatkan oleh pengurus masjid yang berjaga di Masjid itu tentang hal cara berpakaian ini.
Entah apa sebabnya.
Mungkin, kita tahu Kesultanan Ternate dan Tidore dan dua Kerajaan lain bergabung dahulu melawan penjajahan Portugis yang ingin menguasai perdagangan Rempah Rempah di bawah takluk Kesultanan Islam awal di Nusantara itu. Mereka dapat dikalahkan oleh tentara Kesultanan Ternate dan Tidore yang gagah berani. Agar setiap saat dalam keadaan siap dan stand by mereka tetap menggunakan celana?
Tanah Maluku meliputi Ambon Ternate Tidore. Maluku asal kata Al Muk, dari bahasa Arab, negeri para Raja Raja.
Wilayah Kesultanan ini dulu meliputi Manila, di Piliphina sekarang. Kita tahu asal kata Manila adalah Fi Amanila, juga Kesultanan Islam.
Dahulu penduduknya 95% adalah beragama Islam. Setelah dijajah dan takluk kepada penjajah Potugis kini berganti nama Piliphina. Umat Islam hanya tinggal tak sampai 10% saja lagi di sana. Itupun di bagian Selatan yang berbatasan dengan Kesultanan Ternate.
Demikian pulau wilayah kesultanan Ternate ini. D bagian Tenggara dan Selatan yaitu Manokwari, Ambon, dikuasai oleh penjajah.
Jadi bukanlah secara kebetulan nama tempat itu diawali dengan suku kata yang sama. Manila, Manado, Maluku, Manokwari, persamaan itu memang mereka dulu tergabung dalam rangkaian Kesultanan yang sama.
Selamat menikmati perjalan XPDC nya.
Semoga sehat selalu dan tiba di tujuan.
————————-
Seperti yang ditulis oleh Imbalo Iman Sakti di akun Facebooknya, IMBALO BATAM