PRAKIRAWAN Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tanjungpinang, Hayu Nur Mahron, mengatakan titik panas di Tanjunguban, Bintan Utara, tertangkap citra satelit. Titik panas itu terjadi sejak sehari yang lalu, yang potensial masih terjadi sampai sekarang.
Dia mengatakan, deteksi titik panas menggunakan sensor Viirs dan Mofis pada Satelit Polar (NOAA20, S-NPP, Terra dan Aqua) memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan.
Menurutnya, satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan sekitarnya. Observasi ini dilakukan pada siang dan malam hari untuk masing-masing satelit.
“Citra satelit menangkap adanya anomali suhu panas di kawasan Tanjunguban yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Oleh karena itu, di titik koordinat tersebut diklasifikasikan sebagai titik panas dengan variasi tingkat kepercayaan sedang,” katanya di Tanjungpinang, dikutip dari Antara, Sabtu (18/3/2023).
Hayu menjelaskan titik panas berbeda dengan titik api. Titik panas hasil tangkapan satelit berhubungan dengan suhu panas yang jauh lebih panas dibanding kawasan lainnya.
“Titik panas belum tentu terjadi kebakaran di kawasan tersebut, namun kalau titik api pasti terjadi kebakaran. Untuk mengetahui apakah titik panas itu disebabkan api bisa diperiksa langsung ke lokasi sesuai dengan koordinat di situs tersebut,” ujarnya.
Hayu mengimbau masyarakat untuk mewaspadai munculnya titik panas akibat suhu udara yang panas dan tutupan awan yang rendah sehingga dapat menyebabkan kebakaran hutan ataupun lahan. Pada daerah yang tertutup awan, titik panas di wilayah tersebut tidak dapat terdeteksi.
“Jangan membuka lahan dengan cara membakar pohon atau semak-semak, karena potensial menyebabkan kebakaran,” ujarnya.
Bagi warga Bintan, dan Kepri khususnya dapat mengakses informasi terkait titik panas tersebut melalui situs https://stamet-tanjungpinang.bmkg.go.id/informasi-hotspot-asap/.
(*/pir)