VIRUS Nipah mulai menyebar ke luar India. Diketahui virus ini sudah sampai di Malaysia. Tidak menutup kemungkinan virus ini juga akan menyebar di Indonesia.
Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India (ICMR) Rajeev Bahl memperingatkan bahwa angka kematian kasus infeksi virus Nipah sangat tinggi dibandingkan dengan Covid-19.
“Angka kematian kasus virus Nipah berkisar antara 40 hingga 70 persen, dibandingkan angka kematian akibat Covid yang mencapai 2-3 persen,” ujarnya dikutip laman India Today.
Epidemiolog menyebutkan bahwa virus ini berpotensi lebih mematikan daripada Covid-19. Menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, virus Nipah berpotensi menjadi virus yang mewabah secara global.
Dicky mengatakan tidak menutup kemungkinan virus ini akan menjadi pandemi, meski penyebarannya disebut-sebut tidak secepat Covid-19.
“Virus Nipah itu 70-80 kali lebih mematikan daripada SARS-Cov-2. Kematiannya bisa sangat tinggi, banyak. Nipah virus ini juga ada dalam daftar yang serius bisa menjadi wabah global,” ungkap Dicky, Senin (18/9/2023)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), nipah adalah virus zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Tetapi penyakit ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.
Sementara menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), infeksi virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga parah. Gejala sering kali dimulai dengan sakit kepala dan kantuk, tetapi dapat dengan cepat berubah menjadi koma dalam hitungan hari.
Hal ini juga dapat menyebabkan sindrom pernafasan akut, dimana paru-paru tidak dapat memberikan cukup oksigen ke tubuh, dan ensefalitis yang fatal atau suatu peradangan otak. Penyakit ini juga belum memiliki vaksin, dan pengobatan terbatas pada perawatan suportif.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan RI mengimbau pemerintah daerah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), fasilitas pelayanan kesehatan, dan para pemangku kepentingan lainnya, terkait meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran virus Nipah.
Meskipun di Indonesia belum terdapat kasus Nipah, pemerintah tetap mengimbau pemangku kepentingan selalu waspada terhadap kasus Nipah karena wabah tersebut berada di negara yang dekat dengan Indonesia.
“Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, dalam keterangan di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Selain itu, ia meminta juga KKP, Dinas Kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah untuk melakukan pemantauan kasus dan negara terjangkit di tingkat global.
Dia juga meminta pemangku kepentingan terkait untuk selalu meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.
“Juga meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus sindrom demam akut yang disertai gejala pernapasan akut/kejang/penurunan kesadaran, serta memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit,” ujarnya.
Jika terdapat spesimen kasus suspek, kata dia, hendaknya dikirim ke Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan d/h Laboratorium Prof dr Srie Oemijati.
(ade)