HARI Selasa (27/5/2025) lalu, saya janjian ketemu calon pembeli di Stasiun City Hall. Sebuah lensa murah, jamuran lagi, seharga $70, telah saya siapkan untuk segera berpindah kepemilikan. Di jam yang telah ditentukan, seseorang tak asing muncul.
Oleh: Sultan Yohana
“You?” tanya saya keheranan. Saya kenal lelaki yang muncul itu. Bakul kamera sekend gedhe sekali. Bahkan, mungkin yang terbesar di Singapura. Tokonya, yang terlengkap di daerah Peninsula. Ia beberapa kali kulak’an dari saya. Namun, biasanya, bukan jenis-jenis barang “murahan” seperti ini. Ia, biasanya, mengambil barang yang “berkelas”, yang setidaknya bisa dia jual lagi dengan keuntungan minimal lebih dari $200 dolar. “Saya tak menduga kamu mau dengan barang-barang ginian?” kembali saya meneruskan kata-kata, mengungkapkan rasa keingintahuan saya.
Dia nyengir. Gelagapan. Seperti tak menduga, saya penjualnya. Ketika menawar, ia memang tak memakai akun biasanya. Saya juga, kebetulan memakai akun lainnya, yang saya peruntukkan untuk barang-barang berharga murah. “Ini bukan untuk saya,” ia beralasan. Sambil segera membuka dompet dan mengeluarkan uang untuk membayar, lagi-lagi ia menjelaskan, “u know my Chinese friend? Yeah, dia yang meminta saya membeli ini.”
Saya sih tak terlalu mempedulikan alasannya. Mau setan atau jin ifrit pembelinya, yang jelas ia kudu membayar sesuai harga saya, habis perkara!
Esok harinya, setelah – sepertinya – jamur dibersihkan, lensa yang dibeli dari saya, saya lihat telah dipasang untuk dijual lebih dari tiga kali lipat. Hehe. Ya, begitulah dunia bakul! Dunia rombeng. Itu semua, sah-sah saja.
Oh ya, banyak bakul gedhe Indonesia, yang membeli dari bakul gedhe Singapura itu. Dan bakul gedhe Singapura itu, kerap membeli dari saya, si bakul cilik ini. Maka dari itu, jangan remehkan yang kecil-kecil, Cuk!
Btw, inilah asyiknya berjualan di Singapura. Negara multi-negara. Negara berpenghuni nyaris 6 juta jiwa, namun warga negaranya cuma sekitar 3,5 juta. Langganan setia saya, datang dari banyak negara. Ada bakul Myanmar, ada bakul Philipina, ada bakul Malaysia, ada bakul Bangladesh. Mereka-mereka itu, sambil bekerja di Singapura, sambil pula ngrombeng barang sekend, untuk dikirim ke negara-negara mereka.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id