SELAMA ribuan tahun, kehidupan masyarakat di Gunung Dempo Sumatera berjalan harmonis. Hubungan harmonis tersebut kini mulai berkurang, ditandai adanya konflik manusia dengan harimau yang hidup di sekitar Gunung itu.
Kenapa?
Konflik manusia dengan harimau dinilai bukan sebuah ancaman, melainkan peringatan.
Gunung Dempo merupakan salah satu gunung berapi tertua di Indonesia. Masyarakat sudah menetap di sekitar gunung yang masuk wilayah Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, ini sejak ribuan tahun lalu dan hidup harmonis dengan alam.
Namun beberapa tahun terakhir, hubungan baik tersebut terlihat terganggu, ditandai dengan turunnya harimau ke permukiman masyarakat. Konflik bahkan hingga merenggut nyawa.
Seperti serangan yang terjadi di Dusun Tebat Benawa, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kamis (5/12) awal Desember ini.
Kapolsek Dempo Selatan Iptu Zaldi Jaya deperti dikutip dari CNN Indonesia mengonfirmasi peristiwa serangan tersebut. Ia mengatakan peristiwa serangan diduga terjadi sekitar pukul 11.00 WIB.
“Kita bersama BKSDA dan dibantu oleh 100 pasukan gabungan dan masyarakat turun untuk melakukan evakuasi. Saat ditemukan korban sudah tidak bisa dikenali. Jarak lokasi kejadian cukup jauh, sekitar 1 jam perjalanan dari perkampungan terdekat,” kata Zaldi.
Ia mengatakan polisi telah melakukan evakuasi terhadap anggota tubuh korban yang tersisa ke rumah sakit untuk proses visum dan identifikasi.
Terkait risiko serangan lain harimau yang turun ke permukiman, Zaldi mengatakan, “Kita imbau kepada masyarakat untuk sangat berhati-hati dan jangan ke kebun sendirian.”
Konflik Harimau Dengan Masyarakat
“Konflik dengan masyarakat di sekitar Hutan Lindung Gunung Dempo cukup mengejutkan. Selama ini tidak pernah terjadi. Jika pun muncul ke permukiman masyarakat, tidak sampai ada konflik. Ini menandakan ada yang salah,” kata Dr. Husni Thamrin, budayawan Palembang, seperti dikutip dari Mongabay Indonesia, Selasa (9/11) lalu.
Yang salah itu, kata Husni, nilai-nilai adat yang membangun hubungan harmonis manusia dengan alam di Gunung Dempo dilanggar.
Pertama, terkait alam dan perilaku manusia (etika).
“Manusia telah merusak rumah (habitat) makhluk hidup yang ada di sekitar Gunung Dempo. Bentuknya bisa merusak hutan, membukanya untuk dijadikan kebun, termasuk juga membakar lahan.”
Kedua, pelanggaran etika atau moral. Misalnya terkait asusila. Mungkin banyak pendatang yang tidak paham ini, seperti sombong, takabur, dan lainnya. “Jadi konflik manusia dengan harimau beberapa hari lalu itu sebuah peringatan, bukan ancaman,” kata Ketua Yayasan Alam Melayu Sriwijaya (Malaya) itu.
Hidupkan kembali tradisi
MENURUT Dr. Husni Thamrin, budayawan Palembang, seperti dikutip dari Mongabay Indonesia, Selasa (9/11) lalu, Solusi dari konflik harimau versus masyarakat, nilai-nilai adat yang membangun hubungan harmonis manusia dengan alam perlu dihidupkan kembali.
“Tradisi dapat berupa bentuk baru, tapi intinya tidak melanggar dua hal tersebut. Bisa dihidupkan melalui organisasi adat. Setiap masyarakat di sekitar Gunung Dempo harus patuh dan turut memberikan imbauan kepada pendatang, seperti halnya masyarakat di sekitar gunung lain di Indonesia, sebut saja Gunung Kerinci,” katanya.
Sebenarnya, kata Husni, masih ada tokoh adat di Pagaralam dan Lahat yang paham nilai-nilai adat yang menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
“Tapi tokoh adat ini tersembunyi. Mereka takut jika menjelaskan nilai-nilai tersebut dinilai syirik. Padahal, jika dipahami hubungan manusia dengan alam, sebenarnya merupakan perintah semua ajaran agama. Pemerintah harus mengembalikan peran tokoh adat tersebut,” ujar Husni.
Konflik harimau dengan manusia merupakan peringatan awal. Jika kita bersikap “berperang” jelas harimau kalah.
Manusia punya senjata mematikan. Tapi jika Gunung Dempo yang marah, manusia jelas tidak akan mampu mengatasinya.
“Intinya, jangan rusak hutan atau alam di sekitar Gunung Dempo. Juga, jangan berperilaku buruk atau moral tidak baik. Percayalah, semua akan berjalan baik, harmonis seperti sebelumnya,” ujarnya.
————————-
Sumber : CNN / MONGABAY INDONESIA / GOWESTID
Foto Cover Ilustrasi : ist.