SEBAGAI upaya untuk mengangkat kearifan lokal, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Batam Raja Ali Haji, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) memperkenalkan permainan tradisional Melayu melalui guru-guru sekolah di tingkat SMP-SMA, maupun penggiat budaya dan pengrajin kriya.
“Untuk mengangkat kearifan lokal dan permainan tradisional ini juga bagus untuk perkembangan anak-anak,” kata Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji Senny Thirtywani, dikutip dari Antara, Selasa (23/5/2023).
Ia mengatakan di Museum Batam Raja Ali Haji juga mempunyai khazanah permainan tradisional Melayu terdiri dari perahu Jong, Gasing, kaki bajang, meriam buluh, dan sebagainya.
Dalam seminar itu juga akan menghadirkan narasumber yang mahir di bidangnya yaitu pengrajin dan pemain perahu jong, serta pemain gasing.
“Peserta nantinya bisa praktik memainkan permainan tradisional Melayu ini,” ujarnya.
Ia menyampaikan Museum Batam Raja Ali Haji terus melakukan mengembangkan dan promosi dengan menggelar kembali kegiatan Museum Batam Raja Ali Haji ke sekolah pada tahun ini.
Kunjungan tersebut akan dilaksanakan di tiga sekolah di Batam, yaitu Hang Nadim Malay School, SMP Negeri 41 Lubuk Baja, dan SMP Kartini I Sekupang.
“Bulan depan sama juga, museum akan ke sekolah lagi. Museum Batam Raja Ali Haji akan terus melakukan promosi museum ke sekolah supaya museum lebih dekat dengan hati masyarakat,” kata Senny.
Menurut dia, museum sebagai tempat belajar selain di dalam kelas karena banyak yang bisa dipelajari mulai dari melihat koleksi, dan mendapat informasi dari pemandu museum.
Ia menanbahkan, Museum Batam Raja Ali Haji menampilkan peradaban Batam mulai dari kerajaan Riau Lingga hingga infrastruktur Batam.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, mengatakan kegiatan ini sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu karena Kota Batam memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk diketahui.
Dengan begitu, Ardi mengajak masyarakat Kota Batam ikut melestarikan budaya Melayu yang ada di daerah setempat.
“Seminar ini sebagai pedoman bertindak bagaimana tindakan kita mencegah hilangnya kebudayaan Melayu,” kata dia.
(*/ade)