Hubungi kami di

Khas

Apakah Hepatitis Akut Akan Jadi Pandemi?

Data sampai 10 Mei 2022 di dunia tercatat 348 kasus probable dari 21 negara, 26 di antaranya memerlukan transplantasi hati.

Terbit

|

Ilustrasi, ist.

KABAR tentang merebaknya Hepatitis akut menyebar belakangan ini. Ada kekhawatiran terhadap kemunculannya. Apakah Hepatitis akut akan jadi Pandemi?

Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut COVID-19 dan hepatitis akut misterius tidak bisa disamakan begitu saja. Ada karakteristik yang khas.

“Tentu saja satu penyakit tidak dapat dibandingkan begitu saja dengan penyakit lainnya, banyak faktor yang berbeda yang mempengaruhinya,” kata Prof Tjandra dalam keterangannya, Kamis (12/5).

Hanya saja, sehubungan banyaknya pertanyaan tentang apakah ada kemungkinan hepatitis akut berat sekarang ini menjadi pandemi maka baik kita lihat tentang proses yang terjadi pada COVID-19.

Ia menjelaskan, COVID-19 pertama terdeteksi oleh WHO pada 31 Desember 2019. Saat itu namanya tentu belum COVID-19, masih Pneumonia of unknown cause.

Pneumonia/radang paru yang belum diketahui penyebabnya. Satu bulan kemudian, pada 30 Januari 2020, penyakit ini oleh WHO sudah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia), sesuai aturan International Health Regulation (IHR).

BACA JUGA :  Usai di-PHK, Pekerja Hotel Bintang Lima Sukses Jalani Bisnis Kuliner di Bintan

“Pada 30 Januari 2020 itu, atau sebulan sesudah dideteksi maka sudah ada hampir 20 ribu kasus konfirmasi dan suspek, tepatnya 19.961. Juga sudah ditemukan bukti adanya penularan antarmanusia. Lalu, karena kasus terus berkembang dengan berbagai dimensinya maka pada pada 11 Maret 2020 COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO,” urainya.

Lalu bagaimana dengan hepatitis akut?

Sementara “Acute hepatitis of unknown aetiology” (istilah yang senada dengan Pneumonia of Unknwon Cause di awal Januari 2020 untuk COVID-19) atau Hepatitis/radang hati akut yang belum jelas penyebabnya ini mulai dideteksi WHO pada 5 April 2022.

Sesudah lebih dari sebulan berjalan, jumlah kasus probable di dunia sekitar 300an.

Data sampai 10 Mei 2022 di dunia tercatat 348 kasus probable dari 21 negara, 26 di antaranya memerlukan transplantasi hati.

“Di sisi lain, juga belum ada informasi yang jelas tentang ada tidaknya penularan antarmanusia. Tentu saja sampai sekarang Hepatitis Akut Berat ini belum dinyatakan sebagai PHEIC, karena masih membutuhkan data ilmiah yang lebih jelas lagi,” jelas dia.

BACA JUGA :  "POLEMIK DAN GADUH PROSES TENDER AIR DI BATAM"

Jadi, walaupun memang tidak bisa dibandingkan secara langsung, tetapi setidaknya situasi sebulan sesudah ditemukan adalah amat berbeda antara COVID-19 dengan hepatitis akut berat sekarang ini.

“Walaupun demikian, kita semua tentu perlu waspada penuh dan melakukan antisipasi memadai, jangan abai tetapi juga jangan pula panik. Lakukan penanggulangan sejalan perkembangan ilmu yang ada, dan beri penjelasan menyeluruh pada masyarakat luas,” tutup eks Direktur WHO Asia Tenggara itu.

(*)

Sumber : Kumparan
Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Sebaran

Facebook