IMLEK. Ikan Dingkis. Ah keduanya tak bisa dipisahkan.
Dingkis merupakan ikan yang digunakan masyarakat Tionghoa di wilayah Kepri sebagai salah satu jenis makanan untuk keperluan sembahyang. Dalam momen imlek, ikan ini bisa mencapai harga yang cukup tinggi.
Ikan Dingkis sendiri umumnya di Indonesia dikenal dengan ikan baronang.
Momen imlek memang menjadi masa-masa terbanyak ikan ini di wilayah Kepri. Namun demikian, hal itu nampaknya tidak terjadi pada Imlek 2569 tahun 2018 ini, hingga dua hari jelang imlek keberadaan ikan ini belum sebanyak di tahun-tahun sebelumnya.
“Agak kurang tahun ini, biasanya sekarang sudah banyak,” kata Kasim, 62, warga Pulau Panjang, Kalurahan Setokok, Kecamatan Galang, Batam, Rabu (14/2) seperti dilansir dari jawapos.com.
Kasim menjelaskan, pada momen imlek tahun lalu, ia bisa mendapatkan sekitar 50 kg dingkis. Jumlah itu menurutnya masih dalam kategori biasa, ada warga lain yang dapat lebih banyak bahkan mencapai ratusan kilo setiap tahunnya.
Saat ini harga ikan dingkis terbilang cukup tinggi, dalam beberapa hari terakhir mencapai angka Rp 250 per kilogram.
Warga lain, Mahatir Muhammad, 35, juga mengaku sedikit kecewa dengan kondisi sekarang. Namun demikian masih ada waktu sehari menjelang imlek yang menjadi momen terbesar tangkapan nelayan.
Dalam tiga hari terakhir ia hanya mendapatkan sekitar tiga sampai lima kilogram setiap harinya.
“Kalau untuk makan bisalah, tapi memang jauh berkurang dari tahun lalu, kalau tahun lalu kita sudah dapat banyak sekarang,” kata Mahatir.
Mahatir mengatakan, warga umumnya menggunakan kelong sebagai alat tangkap ikan di wilayah kepri. Kelong sendiri adalah jenis alat tangkap berbagai jenis biota laut yang memang banyak di Kepri.
Alat tangkap jenis ini berupa jaring dengan ukuran sedang yang dibentuk sebagai perangkap. Menggunakan kayu sebagai tulang yang menegakkan jaring-jaring, kelong ini dibentuk dengan pintu yang menjorok ke dalam sehingga biota laut yang masuk ke dalamnya tidak bisa keluar, para nelayan menyebutnya ‘Bunuh’.
Dalam satu kelong, terdapat beberapa Bunuh sehingga membentuk pintu berlapis yang semakin dalam semakin menyempit, memudahkan nelayan menangkap ikan yang sudah terperangkap.
Di bagian lain kelong, dipasang jaring mengarah ke sisi luar kelong untuk menuntun ikan masuk ke Bunuh, jaring-jaring ini disebut ‘Penajur’ yang dipasang di sisi samping dan bagian belakang kelong, dengan ukuran panjang tertentu. Semakin panjang penajur semakin baik untuk kelong.
Selain itu, masyarakat juga menangkap ikan tahunan ini dengan alat tangkap berupa penciduk. Warga melakukannya di perairan yang cenderung tidak memiliki arus. Biasanya di sekitar perairan di kawasan Rempang dan Galang (Relang).
“Biasanya kalau pakai penciduk ini mereka turun waktu malam,” jelas Mahatir.
(*)