MASALAH utang belum juga selesai, kini perusahaan raksasa pengembang properti China, Evergrande diperintahkan untuk menghancurkan 39 proyek bangunan di kawasan lepas pantai China Selatan.
Masalah baru yang dihadapi Evergrande karena izin pembangunan ke-39 properti itu disebut ilegal. Pihak Evergrande pun mengakui laporan tersebut dalam sebuah posting di WeChat pada Senin malam waktu setempat.
Kendati demikian, pihak perusahaan memastikan masalah ini tidak akan mempengaruhi proyek properti lainnya, yakni sekitar 61.000 pemilik properti.
Mengutip CNN, Rabu (5/1/2022) ke-39 bangunan tersebut merupakan bagian dari proyek raksasa Pulau Bunga Laut Evergrande di Hainan, di mana Evergrande telah menginvestasikan hampir US$ 13 miliar selama enam tahun terakhir.
Masalah itu menjadi yang terbaru, sebab soal utang Evergrande juga belum kunjung usai. Pada bulan Desember, Fitch Ratings menyatakan Evergrande telah gagal membayar utangnya.
Hal itu mencerminkan ketidakmampuan Evergrande untuk membayar bunga yang jatuh tempo bulan itu pada obligasi berdenominasi dolar.
Analis pun telah lama khawatir runtuhnya Evergrande dapat memicu risiko yang lebih luas untuk pasar properti China, merugikan pemilik rumah dan sistem keuangan yang lebih luas.
Padahal, sektor real estate dan industri terkait menyumbang sebanyak 30% dari PDB negara. Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat memperingatkan pada November bahwa masalah di real estat China dapat merusak ekonomi global.
Hingga saat ini para analis terus memperingatkan bahwa krisis real estate tetap menjadi ancaman yang membayangi China.
(*)
sumber: detik.com