LOKANANTA adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956. Lokasinya di Solo, Jawa Tengah.
Awalnya, Lokananta berkembang dari sekadar pabrik piringan hitam menjadi bank sentral kekayaan musik Indonesia. Selain koleksi lagu-lagu daerah, perusahan rekaman yang diprakarsai oleh tokoh nasional R. Maladi bersama dua rekannya yaitu R. Oetojo Soemowidjojo dan R. Ngabehi Soegoto Soerjodipoero ini juga menyimpan rekaman penting sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Sejak berdirinya, Lokananta mempunyai dua tugas besar, yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian cassette audio. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang kurang lebih berarti “Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh”.
Sisa Masa Jaya
“Studio Lokananta pernah top di era musisi hebat Tanah Air. Contohnya saja seperti Ki Narto Sabdo yang pernah rekaman di studio Lokananta. ” Almarhum Gesang, Waldjinah juga sering rekaman di sini. Bahkan Gesang bisa dikatakan sudah langganan rekaman di sini,” tutur Andi.
Andi adalah Koordinator Studio Lokananta saat ini. Menurutnya seperti diceritakan di joglosemar.co, di gedung tua Lokananta saat ini, masih bisa dijumpai ribuan koleksi piringan hitam. Bahkan, sejumlah mesin bekas pembuat kaset, juga masih bertengger kokoh di dalam salah satu ruangannya. Meski memang, kondisinya sudah tidak utuh lagi. Yang unik, sejumlah mikrophone kuno juga masih tersimpan sebagai simbol kekunoan studio rekaman itu.
Menurutnya, walaupun merupakan studio tua, salah satu keunggulan studio Lokananta adalah sisi akustiknya. Yakni peredam suara saat proses rekaman berlangsung. Akustik yang ada di studio Lokananta sangat mengagumkan. Ornamennya begitu indah. Mulai dari bentuk lengkungan hingga persegi panjang tertata dengan indah.
Sejumlah peralatan pendukung rekaman juga masih ada. semuanya buatan luar negeri. Sebut saja mixer, speaker dan peralatan lainnya. Tetapi, sejumlah keunggulan itu sepertinya belum bisa menarik musisi dewasa saat ini. Buktinya, masih minim musisi saat ini yang mau rekaman di Lokananta.
Beberapa tahun silam Studio Lokananta sempat mati suri selama satu dekade yakni 1996 hingga 2006 lalu. Lalu oleh pihak Lokananata diajukan anggaran untuk perbaikan yang mencapai Rp 700 Juta.
Pada 2008 sampai sekarang Studio Lokananta sudah beroperasi kembali.
___________________
TIDAK seperti gambaran perusahaan rekaman yang hip serta memajang deretan musisi muda berwajah segar, Lokananta adalah kebalikannya. Perusahaan rekaman tertua milik pemerintah ini hanya menyisakan sebuah nama besar. Gedung utamanya yang bergaya art deco seperti mengamini. Kusam dan muram. Waktu seperti berjalan lebih lambat di Lokananta.
Ada dua gedung utama yang dimiliki Lokananta; gedung lama dan gedung baru. Keduanya dipisahkan oleh sebuah jalan yang mengarah ke gedung lain milik Lokananta yang saat ini berubah fungsi sebagai lapangan futsal yang disewakan untuk umum. Setahun ini Lokananta memang sedang rajin-rajinnya mengundang masyarakat untuk datang. Lapangan futsal hanya salah satunya. Studio rekaman yang sebelumnya eksklusif, kini dibuka untuk umum. Pun demikian dengan dibukanya Sekolah Musik Lokananta.
Gedung lama Lokananta berbentuk persegi dengan banyak ruang. Di bagian beranda ada toko yang menjual produk rekaman seperti kaset atau CD, tepat di seberangnya adalah ruang untuk pemesanan. Masuk ke dalam, terdapat ruang mastering. Disinilah koleksi-koleki piringan hitam dialihkan ke bentuk CD. Di seberangnya, ruang pimpinan berderetan dengan museum mini yang menyimpan benda-benda memorabilia seperti alat pemutar piringan hitam, mesin pengganda kaset, beberapa koleksi piringan hitam, juga satu partisi yang memajang lagu “Indonesia Raya” tiga stanza beserta sampul piringan hitamnya serta foto Bung Karno yang berdiri gagah. Dua ruang penyimpanan koleksi piringan hitam dan kaset video persis berada setelahnya.
Sedangkan yang disebut gedung baru adalah ruang studio rekaman. Gedung ini dibangun tahun 1980 dan diresmikan lima tahun setelahnya oleh Harmoko, Menteri Penerangan saat itu. Dua buah ruangan di samping studio difungsikan sebagai ruang administrasi dengan perabot sisa-sisa peninggalan zaman Orde Baru, jika menilik pada tahun inventarisasi ditempel. Satu set komputer seperti menjadi penanda adanya modernisasi di Lokananta yang sudah sepuh.
Arsip Digital Lokananta
Lokananta sampai sekarang masih mempunyai koleksi ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia (Ethnic/World Music/foklor) dan lagu-lagu pop lama. Termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi lebih dari 5.000 lagu rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato kenegaraan Presiden Soekarno.
Koleksinya antara antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara (batak) dan musik daerah lainnya serta lagu lagu folklore ataupun lagu rakyat yang tidak diketahui penciptanya.
Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Narto Sabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogya merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. Tersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Saimun.
Lokananta memang telah banyak melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.
untuk terus melestarikan keberadaan studio musik bersejarah Indonesia ini, Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Cabang Surakarta “Lokananta” bekerja sama dengan Lokananta Project secara resmi meluncurkan perpustakaan digital arsip musik dan buku LOKANANTA.
Majalah Rolling Stone Indonesia menyebutkan, peluncuran perpustakaan digital dan buku ini merupakan bagian kerjasama Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Cabang Surakarta “Lokananta”dengan Lokananta Project , wadah para penulis, fotografer dan desainer muda untuk mengenalkan Lokananta sebagai wadah arsip musik Indonesia kepada publik. Proyek kerjasama ini sendiri mendapatkan dukungan pendanaan dari Djarum Foundation.
Saat ini perpustakaan digital yang sudah dapat diakses publik sejak Februari 2016 telah mengunggah sebanyak 60 album rilisan Lokananta sejak 1956. Beberapa di antaranya adalah lagu “Indonesia Raya” versi instrumental dengan lirik tiga stanza. ***