ADA beberapa gelar kebangsawanan yang biasa dikenal masyarakat di Kepulauan Riau, Riau hingga Semenanjung Malaya.
Seorang warganet di Tanjungpinang yang tertarik dengan sejarah Kemelayuan, Laksamana Haruka, mengumpulkan definisi-definisi gelaran tersebut di akun jejaring sosialnya di Facebook. Menarik untuk disimak dan menambah wawasan kita.
A. TENGKU
Tengku adalah gelar kebangsawanan Melayu yang otomatis melekat pada seorang laki-laki dan perempuan keturunan dari Sultan-sultan dan para Raja-Raja di Kerajaan Melayu. Tulisan “Tengku” di awal nama setiap orang Melayu merupakan status yang menandakan kedudukannya dalam masyarakat adat Melayu.
Gelar Tengku ini hanya bisa didapat jikalau ayahnya juga bergelar Tengku. Sementara jika yang bergelar Tengku hanya ibunya tetapi ayahnya tidak, maka gelar Tengku ini tidak bisa disandang oleh anak mereka.
Beberapa daerah yang menggunakan gelar ini adalah keturunan Sultan-sultan Kerajaan Melayu yang terletak di Semenanjung Malaka yaitu di (Sumatera Utara bagian Timur yang bergaris pantai di Selat Malaka seperti Langkat, Medan atau Tanah Deli, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Labuhan Batu), Riau, yang berada di negara Republik Indonesia, Malaysia dan Pattani Selatan Thailand).
B. DATUK / DATO’
Datuk atau Dato’ adalah gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh Sultan atau Raja atau Yang di-Pertuan Besar. Gelar ini setaraf dengan gelaran “Sir” di Britania Raya. Gelar ini dapat juga diberikan selain kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, dan tak jarang ditambahkan dengan gelar yang lain seperti sri, maka jadilah “datuk sri…”. Dan yang agak bergeser sedikit adalah pemakaian gelar datuk atau dato’ di Malaysia tidak lagi diberikan hanya bagi orang asli Melayu tetapi juga dapat diberikan pada etnis yang lain, seperti dari etnis China, India ataupun lain sebagainya.
Perbedaan lain penggunaan gelar antara datuk Minangkabau dengan Malaysia adalah gelar datuk di Minang ditambahkan sesudah nama asli, tetapi di Malaysia istilah datuk atau dato’ ditempatkan sebelum nama asli.
C. WAN/ SAYYID/ SYARIFAH/HABIB
Dari catatan wikipedia disebutkan, Wan (Ahlul Bait) ialah gelaran melayu bagi keturunan Nabi Muhammad SAW di kalangan warga Arab-Melayu di Indonesia, Thailand dan juga Malaysia.
Sampai saat ini, peranan warga Arab-Melayu dalam dunia keagamaan Islam masih dapat terasakan. Mereka yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW mendapat berbagai panggilan (gelar) penghormatan, seperti Syekh, Syed, Sayyid, Syarif (di beberapa daerah di Indonesia menjadi kata Wan atau Habib dari masyarakat Indonesia lainnya.
Para Ahlul Bait sangat dihormati pada masyarakat muslim khususnya di Nusantara karena dianggap sebagai tali pengetahuan yang murni, karena garis keturunannya yang langsung dari Nabi Muhammad.
Penghormatan ini sangat membuat gusar para kelompok anti-sunnah yang mengkait-kaitkan hal ini dengan bid’ah. Para Ahlul Bait di Indonesia sangatlah banyak memberikan pencerahan dan pengetahuan akan agama islam. Sudah tak terhitung jumlah orang yang akhirnya memeluk agama islam di tangan para Ahlul Bait.
Walau bagaimanapun moyang moyang yang menggunakan gelaran Wan ini telah berhijrah ke tempat lain tepatnya di Sarawak.
Gelaran di antara anak perempuan kepada keturunan Wan (Ahlul Bait) diberi nama Sharifah atau Syarifah manakala Wan (Kelantan) diberi gelaran kepada anak perempuan mereka Wan juga.
Kini, ramai di kalangan keturunan Rasulullah ini ingin menukarkan gelaran Wan kepada Sayed atau Habib supaya tidak terjadinya salah anggap ini.
Sehingga terjadinya salah anggap di kalangan orang Malaysia di antara Wan (keturunan Rasulullah) dan Wan (keturunan Cik Siti Wan Kembang).
Garis keturunan Nabi Muhammad tersebut yang paling populer di Indonesia adalah gelar sebutan Habib yang telah diakui dunia sebagai perkumpulan keturunan Nabi SAW.
Namun, Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad Saw. di Indonesia, Rabithah Alawiyah, menilai banyak terjadi salah kaprah di masyarakat terkait sebutan habib. Ketua Umum Rabithah Alawiyah Sayyid Zen Umar bin Smith menyatakan bahwa fenomena itu perlu diluruskan.
Menurutnya, habib secara bahasa berarti keturunan Rasulullah yang dicintai. Adapun, habaib adalah kata jamak dari habib. Jadi tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.
Keturunan Rasulullah dari Sayyidina Husein disebut sayyid, dan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif. Hasan dan Husein merupakan putra Sayyida Fatimah binti Muhammad dengan Ali bin Abi Thalib. Zen menjelaskan, di Indonesia para keturunan Rasullullah banyak yang berasal dari Husein. Maka banyak yang disebut sayyid.
Sementara keturunan-keturunan Hasan kebanyakan menjadi raja atau presiden seperti di Maroko, Jordania, dan kawasan Timur Tengah. Pertama kali ulama-ulama dari Yaman atau Hadramaut masuk ke Indonesia di beberapa daerah. Karena adanya akulturasi budaya, sebutan sayyid di Aceh berubah menjadi Said, di Sumatra Barat menjadi Sidi dan lain sebagainya.
Dia mengatakan, saat ini banyak orang yang mengaku sebagai seorang habib, padahal bukan. ‘Gelar’ habib, kata dia, tidak bisa disematkan kepada setiap sayyid. Setiap habib harus sayyid, tetapi sayyid belum tentu habib. Seorang sayyid, lanjutnya, tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah habib.
Pengakuan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, harus memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati serta bertakwa kepada Allah.
D. RAJA
Raja adalah nama gelaran bagi bangsawan bugis yang telah berakulturasi budaya bersama melayu. Awalnya Bangsawan bugis yang tiba di Kerajaan Melayu Riau Lingga Johor Pahang memiliki gelar Daeng(Abang/gelar penghormatan). Yang kita ketahui dari 5 Daeng Bugis dari Kerajaan Luwu yang menjadi Yang Dipertuan Muda (YDM).
Peralihan gelaran Bangsawan Bugis dari Daeng ke Raja belum diketahui secara jelas dan pasti, belum ada Kitab maupun Artefak kuno membahas adanya perubahan gelar ini.
Hingga saat ini, gelaran Raja masih lagi dipakai khususnya masyarakat melayu yang memiliki garis keturunan bugis dari 5 daeng tsb.
selain di Indonesia (Khusus di Riau & Kepri) Negara jiran juga banyak didapati keturunan dari 5 daeng tsb di S’pore dn Johor (Malaysia).
Wallahu’alam
(*)