Catatan Netizen
Mengunjungi Tempat Tertinggi Lokasi Masjid di Dunia

“PUNYA Sweater bang.” Tanya Yondri Darto kepadaku.
Aku hanya tersenyum kecil menjawabnya. Entahlah apakah dia mengerti maksud senyumanku itu.
Ini ada dua untuk abang katanya lagi. Diberinya aku dua helai sweater baju dingin itu, satu berwarna biru yang satu lagi agak kehijau hijauan. Baru kupakai waktu ke Eropah kemarin lanjutnya lagi.
Tidak kurang ada dua kali penerbangan Kuala Lumpur Malaysia – Katmandu Nepal setiap hari. Turun saja di airport antara bangsa Katmandu dari Kuala Lumpur, cuaca dingin menerpaku, apalagi saat wuduk di salah satu masjid di ibu kota negara mayoritas Hindu itu. Aku agak menggeletar sedikit karena kedinginan. Padahal bajuku sudah tiga lapis lho.
Maklumlah orang tropis.
Ternyata sweater dari Yondri Darto itu tidak cukup menahan dinginnya bumi Nepal. Kubeli sepotong baju dingin, yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, terutama dari air hujan.
Aku masih kedinginan, apalagi saat hujan gerimis yang terkadang turun sewaktu waktu. Kubeli sebuah lagi tutup kepala multi fungsi, bisa sebagai topi, dan ditutup sampai ketelinga atau di lekatkan ke leher sebagai sall.

Bermalam di Katmandu keesokan harinya kami berangkat dengan bang Amir yang dari Kedah, berdua kami menuju Pokhara, sekitar 200 an kilometer dari Katmandu, arah Barat Daya.
Pokhara kota berbatasan antara Nepal dengan India, dekat wilayah itu terdapat makam Sidharta Gautama pendiri agama Budha. Pokhara satu jalur laluan untuk orang yang senang tracking mendaki gunung Himalaya. di Nepal sendiri ada delapan rangkaian puncak tertinggi Gunung Himalaya.
Selain tentara Gurkha di Pokhara terkenal dengan Sherpa-sherpa yang terlatih untuk teman pemandu mendaki puncak, dari Pokhara pula lebih aman jalur untuk laluan mendaki dibandingkan dari sebelah Cina misalnya.
Itulah mungkin Kota ini tak pernah sepi dikunjungi para turis.
Sesampai di pintu gerbang kota Pokhara, Lewat sedikit pintu gerbang kota itu masuk ke kanan ada satu jalur laluan ke puncak, beberapa ratus meter dari situ terdapat sebuah masjid yang sudah ratusan tahun usianya. Ke situlah kami menuju. Aku sengaja ke situ bukanlah hendak mendaki menaklukkan puncak Himalaya.

Sholat dua rakaat di masjid yang tak terlalu besar itu dengan arsitektur masjid seperti kebanyakan masjid masjid di Burma dan Thailand Utara. Banyak yang kami berbincang dengan pengurus masjidnya. Entah siapa pula pendirinya, karena sudah cukup lama sekali. Namun ada tulisan di situ tahun berapa terakhir direnovasi.
Di seputaran masjid itu ada beberapa kedai menjual makanan halal, yang memang dijual oleh orang Islam. Karena ada di beberapa negara kedai makanan tertulis halal, tetapi yang masak bukan orang Islam seperti di Laos misalnya.
Perlu diingat bahwa Nepal adalah Kerajaan Hindu terakhir di dunia ini, setelah warisnya saling bunuh dan menyalahkan sesama mereka, dan terbunuh semuanya tak tersisa lagi waris yang sah. Negara itu berubah bentuk menjadi Republik, seperti kesekarang ini.
Tak ada catatan bila Islam masuk ke negara itu, yang dulu adalah bagian dari Jazirah India.
Ada puluhan masjid berdiri disana. Bahkan agaknya di situlah tempat tertinggi lokasi masjid yang ada di dunia ini. Meskipun Mayoritas Hindu dan disitu pendiri Budha dimakamkan, namun cukup banyak komunitas Islam di negara itu.

Surprise bagiku banyak pula di antara mereka yang bisa berbahasa Melayu.
Siapa agaknya sahabat yang pernah melalui daerah itu ya…???
——————-
Seperti dikutip dari catatan seorang Netizen Batam, Imbalo Iman Sakti di akun Facebook miliknya, Imbalo Batam