BANK Indonesia (BI) Perwakilan Kepri akan mencoba mengendalikan harga pangan, yang bertujuan untuk meredam dampak pengalihan subsidi BBM. Salah satu caranya yakni memperkuat kerja sama antar daerah untuk memastikan kelancaran distribusi pangan.
“Memasuki Oktober 2022, tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut, namun lebih rendah dibanding bulan sebelumnya,” kata Kepala BI Perwakilan Kepri, Musni Hardi, Kamis (6/10).
Selain kenaikan harga BBM, dampak lain yang perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi inflasi yakni kondisi cuaca yang berdampak pada pasokan komoditas sayur-sayuran serta ikan segar.
“Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP) Keri akan terus diintensifkan dengan berfokus pada 3 program,” katanya lagi.
Program pertama yakni meningkatkan produksi pangan melalui program pemanfaatan lahan pekarangan dan perluasan lahan untuk budidaya tanaman pangan.
Kemudian, program kedua yakni memperkuat kerja sama antar daerah untuk memastikan kelancaran distribusi pangan.
Dan terakhir, program ketiga yakni melaksanakan upaya stabilisasi harga pangan melalui operasi pasar di sejumlah pasar di Kepri.
“Selanjutnya dalam jangka panjang, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus mendorong upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagan nelayan dan petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik,” ungkapnya.
Sebelumnya, di September kemarin, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri secara bulanan mengalami inflasi sebesar 1,06 persen (mtm), lebih tinggi dari Agustus 2022 yang mengalami deflasi sebesar minus 0,50 persen (mtm).
“Inflasi didorong oleh peningkatan harga kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah, khususnya bensin serta kenaikan biaya masuk sekolah dan perguruan tinggi sejalan dengan pergantian tahun ajaran baru,” jelasnya.