BEBERAPA daerah di Indonesia baru saja dirundung malang. Daerahnya diterjang musibah akibat fenomena alam siklon tropis yang terjadi. Di Pacitan contohnya. Banjir menerjang wilayah tersebut. Rilis BMKG di Kepri, wilayah Kepulauan Riau juga tidak lepas dari pengaruh badai tersebut.
Jika di Amerika Serikat kita mengenal nama Katrina dan Irma sebagai nama-nama badai yang terjadi di sana, Kini nama-nama yang umum digunakan oleh kaum wanita tersebut menggambarkan badai yang lebih ganas ketimbang badai-badai yang menggunakan nama kaum pria seperti Jose dan Harvey.
Di Indonesia, seperti yang baru-baru ini terjadi, fenomena alam siklon tropis juga memiliki penamaan nan unik. Cempaka merupakan nama badai yang menyerang selatan Pulau Jawa, khususnya kawasan Yogyakarta, pada pekan lalu. Kemudian siklon berikutnya yang terjadi di selatan Pulau Sumatera diberi nama Dahlia.
Jika nama manusia digunakan Amerika, maka jelas Indonesia lebih memilih nama-nama bunga untuk siklon-siklon yang terjadi.
Ada perbedaan istilah untuk menyebut peristiwa alam berupa angin kencang di lautan. Untuk yang terjadi di wilayah Samudera Pasifik biasa disebut badai atau “hurricane“. Di wilayah Pasifik Utara dan Filipina, biasa disebut dengan angin topan, sedangkan di kawasan Samudera Hindia dan Pasifik Selatan disebut siklon atau siklon tropis.
Badai yang terjadi di wilayah Samudera Hindia bagian utara diberi nama seperti Agni, Fanoos, Chapala karena merupakan sumbangan nama dari India, Pakistan dan Bangladesh.
Sedangkan badai yang terjadi di barat daya Samudera Pasifik atau Laut China Selatan, diberi nama yang familiar seperti Wukong (Tiongkok), Shanshan (Hong Kong), Cimaron (Filipina), dan Jebi (Korea).
Namun pada intinya, hurricane, topan, atau siklon sama-sama sebutan untuk fenomena angin kencang yang memiliki kecepatan di atas 119 kilometer per jam.
Penggunaan nama tersebut dijelaskan Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dilakukan untuk mempermudah orang mengingat akan pesan peringatan bahaya, ketimbang mengingat istilah-istilah teknis atau identifikasi badai dengan angka.
Pada masa lalu, orang mengidentifikasi badai berdasarkan garis lintang dan bujur. Namun kemungkinan membuat kesalahan dalam komunikasi akan lebih kecil jika badai diberi nama daripada menggunakan metode identifikasi garis lintang-bujur. Termasuk mempermudah media memberitakan peringatan dini akan terjadinya badai atau topan.
Dilansir dari Kompas.com (30/11/2017), M Fajar Handoyo, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Fatmawati Bengkulu, menyebutkan alasan dibalik penamaan bunga untuk siklon yang terjadi di Indonesia.
“Saat ini telah terjadi badai Cempaka dan badai Dahlia, sebelumnya telah ada nama badai siklon Anggrek pada tahun 2010,” jelas Fajar.
Ia mengatakan bahwa nama siklon yang telah dan akan terjadi di Indonesia akan selalu berupa nama bunga. Nama bunga ini disepakati dalam penamaan badai tropis di Indonesia sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis di Jakarta pada 2008.
WMO membagi-bagi zonasi penamaan badai—termasuk untuk wilayah perairan Indonesia menjadi tanggung jawab Jakarta Tropical Cyclone Warning Center BMKG.
“Nama itu diberikan untuk menghargai orang Indonesia yang menemukan nama-nama badai siklon, memang disepakati nama bunga,” jelasnya.
Ramlan, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca di Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG), menjelaskan kepada CNNIndonesia.com (30/11) bahwa ada makna khusus dalam memilih nama tersebut.
“Karena kita pikir bunga itu indah. Dengan tumbuhnya itu kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat,” kata Ramlan.
Nama siklon pertama yang lahir dari BMKG adalah Durga. Nama itu diambil dari tokoh pewayangan yang dikenal di Jawa. Siklon Durga muncul pada 2009 di perairan barat daya Bengkulu. Kemunculan Durga yang begitu mendadak saat itu, memaksa BMKG memilih nama tersebut.
Saat ini terdapat beberapa nama bunga yang telah disiapkan oleh TSWC jika terjadi siklon-siklon serupa berikutnya.
Empat di antara nama bunga tersebut telah terpakai, yakni anggrek (30 Oktober-4 November 2010), bakung (11-13 Desember 2014), cempaka (27-29 November 2017), dan dahlia (30 November 2017). Sementara itu, beberapa nama siklon yang belum terpakai adalah flamboyan, kenanga, lili, mangga, seroja, dan teratai.
(*)