Histori
Pasar Apung Singapura dan migran Batam di Tahun 1965

SEKITAR tahun 1965, terdapat pasar apung yang merupakan tujuan penjualan Hasil bumi dari Batam di Singapura.
Pasar terapung tersebut, sebenarnya merupakan susunan kapal-kapal yang mengadakam transaksi jual beli barang. Menurut masyarakat tempatan seperti disarikan dari buku “Mengungkap Fakta Pembangunan Batam Era Ibnu Sutowo – JB Sumarlin”, di Batam saat itu, banyak penyelundup yang memanfaatkan pasar terapung ini untuk menjual barang-barang selundupannya.
Perdagangan ilegal tersebut juga diungkapkan seorang tokoh masyarakat di Batam, H. Ahmad Daeng Paraga, custom (bea dan cukai, pen) Singapura akan menarik dan menuntun kapal-kapal atau perahu dari Batam yang membawa barang-barang hasil bumi yang akan dijual di Singapura.
Kondisi itu menyebabkan, pasar terapung menjadi salah satu solusi para pedagang kedua negara dalam bertransaksi.
Pada masa konfrontasi, penduduk mulai mengalami kesulitan dalam bertani sehingga banyak penduduk yang ingin mengubah hidup dengan bekerja di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Apalagi Singapura sedang gencar melakukan pembangunan setelah niat memisahkan diri dari Malaysia.
Mereka datang ke Singapura dengan menggunakan perahu sederhana, tanpa dilengkapi dokumen resmi. Mereka biasa mendarat di daerah Changi. Kondisi Changi saat itu, masih mirip Batam yang masih banyak ditumbuhi pepohonan dan hutan.
Ada sebuah cerita yang disampaikan oleh seorang penduduk asli Batam seperti disarikan dari buku “Mengungkap Fakta Pembangunan Batam Era Ibnu Sutowo – JB Sumarlin”. Penduduk tersebut keturunan Bugis. Saat itu ia bersama beberapa penduduk lainnya bermaksud mencari pekerjaan dan menyelundup ke Singapura. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba cuaca buruk dan ada angin kencang di tengah laut. Perahu mereka terseret ke suatu daerah yang tidak dikenali. Mereka berhasil mendarat dan berpikiran sudah sampai di Singapura. Setelah melihat dan kondisi sekitar, mereka akhirnya sadar telah kembali di suatu tempat di pulau Batam. Maklum, pada zaman itu, warga tidak melengkapi perahu atau kapal mereka dengan peralatan navigasi.
Arus masuk warga ke singapura pada awal-awal negara itu memisahkan diri dari Malaysia, seperti dicatat ensiklopedia Singapura bahkan hingga mencapai 10 ribu orang per tahun. Mereka kemudian tercatat sebagai penduduk musiman di negara kota itu hingga beberapa tahun untuk urusan pekerjaan.
Dari jumlah tersebut, tidak sedikit yang merupakan penduduk Batam atau pulau di sekitar Batam.
(dha/int)
Seperti disarikan dari buku : “Mengungkap Fakta Pembangunan Batam Era Ibnu Sutowo – JB Sumarlin” dan “Ensiklopedia Singapore”