Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Kasus Pengeroyokan DJ Perempuan di Batam Berlanjut ke Pengadilan
    10 jam lalu
    Kejaksaan Negeri Batam Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi PSU
    10 jam lalu
    Dinas Kesehatan Batam Tindak Lanjuti Kasus Meninggalnya Anak Usai Ditolak Rawat Inap
    10 jam lalu
    Dorong Kerjasama Danantara dan Temasek, Prabowo Berharap Bisa Membantu Pengembangan KEK BBK
    14 jam lalu
    Anak Meninggal Dunia Setelah Dirawat di RSUD Embung Fatimah, Berikut Penjelasan Pihak RSUD
    16 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Pemko Batam Janji Selesaikan Legalitas Kampung Tua
    2 hari lalu
    Pembangunan Sekolah Luar Biasa di Batam Dimulai Tahun Ini
    3 hari lalu
    Pendaftaran PPDB SD di Batam Sudah Capai 10.774 Akun
    3 hari lalu
    Bahas SPMB 2025/2026, DPRD Batam Khawatir Kuota Terbatas di Sekolah Negeri
    6 hari lalu
    Samurai Biru Jepang Superior, Gasak Timnas Garuda 6 Gol Tanpa Balas
    7 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Combol (Tjombol)
    2 minggu lalu
    Pulau Basing, Tanjungpinang
    3 minggu lalu
    Tari Persembahan: Simbol Kehormatan dalam Budaya Melayu
    3 minggu lalu
    Pulau Pemping, Batam
    3 minggu lalu
    Firman Eddy (Bupati Ke-5 Kepulauan Riau)
    3 minggu lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    “Segudang Masalah Nelayan di Perairan Teluk Belian” | NGOBROL EVERYWHERE (Full)
    6 bulan lalu
    17
    Ngobrol Everywhere | Nelayan Bengkong dan Segudang Masalahnya
    6 bulan lalu
    Hunting Photo Malam di Washington, DC
    11 bulan lalu
    “Monumen Iwo Jima”
    11 bulan lalu
    #Full “Berkah Qurban di Kandangberkah.id ” | NGOBROL EVERYWHERE ❗
    1 tahun lalu
  • Sudah Punya Akun?
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Menyimak: Refleksi 20 Tahun Tsunami Samudra Hindia: Mitigasi Bencana, Harapan dan Realitas
Sebar
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2016 - 2024 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
BenarNews.org

Refleksi 20 Tahun Tsunami Samudra Hindia: Mitigasi Bencana, Harapan dan Realitas

Admin
Editor Admin 6 bulan lalu 653 disimak
Sebar
Warga berlari ketika ombak tsunami menghantam pantai di Koh Raya, wilayah Thailand di kepulauan Andaman, 26 Desember 2024. © F. John Russell / APDisediakan oleh GoWest.ID
373
SEBARAN
ShareTweetTelegram

DUA dekade sejak puluhan ribu orang tewas diterjang tsunami Samudra Hindia di 2004 – yang tercatat paling fatal – Indonesia, Thailand dan Malaysia telah mempersiapkan sistem peringatan dini, namun sejumlah aktivis mengatakan bahwa kesiapsiagaan bencana masih kurang.

Daftar Isi
‘Risiko tetap tinggi’Jaringan sirine MalaysiaTsunami: Fenomena lama

TSUNAMI melanda setelah gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter di lepas pantai pulau Sumatra pada 26 Desember 2004. Gelombang besarnya menempuh jarak ribuan mil, menimbulkan kehancuran dan menewaskan lebih dari 230.000 orang di 17 negara Asia dan Afrika yang lengah akan bencana tersebut.

Dikenal sebagai Tsunami Samudra Hindia, gempa dahsyat ini menyebabkan kenaikan permukaan laut yang sangat besar dan menyebar dengan cepat melintasi perairan, menghantam lebih dari selusin negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, serta Afrika Timur pada hari itu.

Di Aceh, – yang dekat dengan episentrum gempa di bawah laut –lebih dari 167.000 korban tewas diterjang tsunami, sementara di negara-negara tetangga Thailand dan Malaysia masing-masing melaporkan lebih dari 8.200 dan 75 korban tewas, menurut data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat.

Di sepanjang pantai Aceh, gelombang tsunami mencapai ketinggian 167 kaki (51 meter). Gelombang tersebut dipicu oleh gempa bumi yang episentrumnya berada 19 mil (30,5 km) di bawah dasar laut, dan terjadi pada hari Minggu pagi pada 26 Desember 2004.

Dua puluh tahun kemudian, seorang penyintas Aceh menyerukan agar negara berbuat lebih banyak untuk persiapan bencana.

Irma Lisa, yang desanya kehilangan 90% penduduk, telah mendedikasikan dirinya untuk mengajarkan generasi muda tentang risiko tsunami.

“Pemerintah tidak berbuat cukup banyak untuk mendidik generasi mendatang,” katanya kepada BenarNews. “Beberapa sekolah terletak sangat dekat dengan laut, namun kesiapsiagaan bencana sama sekali tidak ada, tidak hanya dalam kurikulum mereka, tetapi bahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka.”       

Irma, yang merupakan sekretaris desa Mon Ikeun, mengenang hari ketika ombak raksasa tersebut menghancurkan desanya.

“Kami melihat air laut naik dan berteriak kepada warga di sepanjang jalan untuk lari,” katanya kepada BenarNews.

“Kami tidak tahu bahwa itu adalah tsunami.”

Irma Lisa, sekretaris desa Mon Ikeun, memeriksa peta evakuasi di desanya di Aceh, Indonesia, 2 Desember 2024. [Hadi Ahdiana/BenarNews]

Kendati demikian, pejabat yang mengordinasikan Pusat Penelitian Mitigasi Bencana dan Tsunami di Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, mengatakan Aceh telah memiliki sistem deteksi yang canggih, namun, dia mengindikasikan bahwa beberapa komponen termasuk pelampung yang memantau perubahan permukaan laut telah rusak.

“Sistem utamanya, termasuk sensor gempa, masih berfungsi dengan baik dan bahkan telah ditingkatkan baru-baru ini,” kata Muksin.

Ia menekankan bahwa teknologi yang paling canggih sekalipun tidak dapat menggantikan penilaian dan tindakan manusia.

“Di sini ada pemahaman umum bahwa kami hidup di daerah rawan gempa dan kesadaran ini telah menghasilkan praktik pembangunan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia,” katanya.

Siswa taman kanak-kanak di Lhoknga, Aceh, saat latihan menghadapi tsunami di ruang kelas mereka. 2 Desember 2024. [Hadi Ahdiana/BenarNews]

Menurut para pejabat, sistem peringatan dini Indonesia terutama bergantung pada kombinasi sensor termasuk seismometer, instrumen GPS, pengukur pasang surut, dan sensor tekanan dasar laut. Mereka juga mengatakan bahwa pelampung tidak diperlukan, karena bisa rusak atau dicuri oleh nelayan.

Ketika gempa bumi bawah laut terjadi, sistem menggunakan data dari sensor yang ditempatkan di sepanjang dasar laut untuk mendeteksi perubahan permukaan laut yang diakibatkannya. Informasi ini diteruskan ke stasiun pemantauan pusat dimana para ahli menganalisis data untuk menentukan kemungkinan terjadinya tsunami.

Penilaian dan Pelaporan Laut Dalam terhadap Pelampung Tsunami terlihat dalam foto yang tidak bertanggal ini. [Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS]

Lokasi-lokasi utama untuk sistem ini meliputi wilayah di Sumatera, khususnya Padang, serta wilayah di Jawa Selatan, Bali, dan wilayah pesisir lainnya yang berisiko terkena tsunami.

Jika potensi tsunami terkonfirmasi, peringatan akan dikeluarkan kepada otoritas terkait dan masyarakat, menggunakan berbagai metode komunikasi, termasuk pesan teks, siaran radio, dan sirene.

‘Risiko tetap tinggi’

KEPALA Badan Perencanaan Pembangunan Aceh, Ahmad Dadek, mengatakan wilayah tersebut masih rentan terhadap tsunami.

“Risiko bencana kita masih tinggi, tetapi indeks ketahanan masih rendah,” kata Dadek kepada BenarNews, mengacu pada kapasitas untuk mengatasi dan pulih dari bencana.

Ahmad Dadek, kepala Badan Perencanaan Pembangunan Aceh, bertanggung jawab untuk menetapkan peraturan perumahan di wilayah rawan tsunami, 4 Desember 2024. [Hadi Ahdiana/BenarNews]

Dadek mengatakan bahwa untuk memitigasi bencana, pemerintah Aceh telah mengambil sejumlah langkah untuk memasukkan kawasan-kawasan rawan bencana dalam perencanaan kota.

“Namun, implementasi di lapangan lebih rumit dari yang kami perkirakan,” katanya.

“Wilayah pesisir awalnya direncanakan sebagai kawasan tanpa pemukiman, namun karena berbagai masalah, wilayah-wilayah tersebut sudah menjadi kawasan padat penduduk. Kami harus mengambil langkah-langkah tambahan.”

Penyintas tsunami Arif Munandar memeriksa Sistem Penerima Peringatan di kantornya di Aceh, 5 Desember 2024. [Hadi Ahdiana/BenarNews]

Untuk seorang penyintas seperti Arif Munandar, 55, kesiapsiagaan bencana adalah hal yang penting. Dia kehilangan 27 anggota keluarga akibat bencana tersebut. Arif adalah teknisi di badan pengelolaan bencana Aceh yang mengelola sistem peringatan dini dan memimpin program edukasi masyarakat.

“Pemerintah memanfaatkan berbagai media, seperti video dan YouTube, untuk mendidik masyarakat tentang tsunami,” katanya kepada BenarNews. “Media berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyampaikan informasi dan melibatkan masyarakat dalam simulasi bencana.”

Di tempat lain, pemerintah Thailand telah memasang dua stasiun deteksi tsunami –pada tahun 2006 sekitar 965 km (600 mil dari) Phuket dan pada tahun 2017 sekitar 340 km (211 mil) dari Phuket dan di dalam zona ekonomi eksklusif.

Seorang senator Thailand menyatakan kekhawatiran bahwa peringatan dari detektor tersebut dapat diabaikan.

“Aspek yang paling menakutkan adalah kurangnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dengan adanya pelampung peringatan, peringatan dini tergantung pada masyarakat, apakah mereka memahami kapan harus bersiap terhadap sinyal peringatan yang potensial,” kata Ratchaneekorn Thongthip kepada BenarNews.

“Di Thailand, kami lebih menekankan pada pemulihan pascabencana daripada pencegahan. Kami mengalokasikan anggaran yang besar untuk upaya pemulihan, tetapi tidak pernah mengalokasikan dana yang sama untuk pencegahan dan kesiapsiagaan,” kata Senator Ratchaneekorn, pendiri Museum Tsunami Internasional di Phang Nga, provinsi Thailand di Laut Andaman yang paling terdampak akibat tsunami tahun 2004.

Ratchaneekorn menyerukan pergeseran fokus “karena kesiapsiagaan akan mengurangi kerusakan akibat bencana apa pun.”

Jaringan sirine Malaysia

SEMENTARA itu di Malaysia, departemen meteorologi (METMalaysia) mendirikan Sistem Peringatan Dini Tsunami Nasional, yang telah diintegrasikan ke dalam berbagai sistem termasuk Pusat Peringatan Tsunami Pasifik yang dikelola AS di Hawaii dan Badan Meteorologi Jepang.

Mohd Hisham Mohd Anip, direktur jenderal METMalaysia mengatakan sistem mereka memiliki 83 sirene yang dipasang di seluruh negeri yang aktif bersamaan dengan layanan pesan singkat (SMS) dan peringatan media saat ancaman teridentifikasi, dan latihan tanggap tsunami telah dilakukan sejak 2006.

“Malaysia menyadari bahwa publik harus sadar akan resiko tsunami,” katanya kepada BenarNews. “Kesadaran sangat penting karena menjadi faktor penentu dalam mitigasi resiko tsunami kepada publik.”

Pihak berwenang di ketiga negara tidak menyediakan jumlah yang detil mengenai berapa kali sistem peringatan itu telah teraktivasi.

Di Amerika Serikat, NOAA mengakui bahwa “tragedi Samudra Hindia merupakan peringatan bagi dunia tentang bahaya tsunami,” seraya menambahkan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk meningkatkan deteksi di Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii dan lokasi lainnya. Pada tanggal 26 Desember 2004, lembaga tersebut telah mendeteksi gempa bumi di lepas pantai Sumatra dan mencoba membantu memperingatkan negara-negara di Samudra Hindia tentang tsunami yang mendekat.

Langkah-langkah tersebut meliputi: meningkatkan jumlah pelampung Penilaian dan Pelaporan Tsunami Laut Dalam (DART) dari enam menjadi 39; memasang atau meningkatkan 188 stasiun pantai untuk mendukung operasi peringatan; meningkatkan jaringan untuk mengirimkan 100% data seismik secara real-time; dan mengembangkan model prakiraan.

Tsunami: Fenomena lama

PARA peneliti di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sedang terus berupaya mengungkap sejarah geologi wilayah tersebut, yang mengungkap adanya pola kehancuran.

“Kami telah menemukan bukti tsunami yang terjadi sejak 7.400 tahun lalu,” kata peneliti Nazli Ismail kepada BenarNews. “Dan polanya tidak teratur – ada kelompok tsunami yang lebih kecil diikuti oleh tsunami besar, dan kemudian periode tenang yang panjang.”

Pola yang tidak terprediksi seperti itu menunjukkan pentingnya kewaspadaan.

“Kita tidak bisa berasumsi bahwa hanya karena tsunami besar telah terjadi di 2004, kita aman selama 200 tahun ke depan,” kata Nazli. “Penelitian kami menunjukkan bahwa tsunami dapat terjadi dengan interval hanya 50 tahun, atau bahkan ribuan tahun.”

Di Thailand, senator Ratchaneekorn memberikan peringatan.

“Karena kita tidak tahu kapan [tsunami] akan terjadi, banyak yang berpikir, ‘Itu tidak akan terjadi selama masa hidup saya,’ atau bahwa itu adalah sesuatu yang jauh di masa depan.”

Uzair Thamrin di Banda Aceh dan Iman Muttaqin Yusof di Kuala Lumpur ikut berkontribusi dalam laporan ini.

Pilihan Artikel untuk Anda

Teror Terhadap Jurnalis Tempo Picu Kekhawatiran Akan Melemahnya Kebebasan Pers

Indonesia Gabung Bank Pembangunan BRICS, Picu Kekhawatiran Soal Utang

Dari OTT Hingga Pulau Penjara: Jalan Panjang Upaya Indonesia Memberantas Korupsi

DPR Sahkan Revisi Undang-Undang TNI di Tengah Kritik Tajam

Pemerintah Pulangkan 554 Warga Indonesia yang Terjebak Kasus Penipuan Online di Myanmar

Kaitan bencana, Mitigasi, tsunami
Admin 22 Desember 2024 22 Desember 2024
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali0
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya Patroli Gabungan Polisi di Batam, 41 Kendaraan Terjaring
Artikel Selanjutnya Masyarakat Sambut Kembalinya Benda Purbakala dari Belanda
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Kasus Pengeroyokan DJ Perempuan di Batam Berlanjut ke Pengadilan
Artikel 10 jam lalu 76 disimak
Kejaksaan Negeri Batam Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi PSU
Artikel 10 jam lalu 76 disimak
Dinas Kesehatan Batam Tindak Lanjuti Kasus Meninggalnya Anak Usai Ditolak Rawat Inap
Artikel 10 jam lalu 77 disimak
Dorong Kerjasama Danantara dan Temasek, Prabowo Berharap Bisa Membantu Pengembangan KEK BBK
Artikel 14 jam lalu 79 disimak
Anak Meninggal Dunia Setelah Dirawat di RSUD Embung Fatimah, Berikut Penjelasan Pihak RSUD
Artikel 16 jam lalu 81 disimak

POPULER PEKAN INI

BP Batam Lantik 23 Pejabat Struktural Baru
Artikel 1 hari lalu 322 disimak
Proyek Estuari DAM: Pemprov Kepri Kaji Bendung Laut Senggarang
In Depth 5 hari lalu 250 disimak
Penyelundupan Narkoba Cair, WNA Malaysia Ditangkap di Pelabuhan Sri Bintan Pura
Artikel 5 hari lalu 221 disimak
Dua Tersangka Jambret Ditembak Polisi di Batam
Artikel 5 hari lalu 209 disimak
Pembangunan Sekolah Luar Biasa di Batam Dimulai Tahun Ini
Pendidikan 3 hari lalu 199 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?