NILAI tukar rupiah di pasar spot masih kurang bertenaga di awal perdagangan hari ini, Selasa (29/3/2022). Rupiah dibuka di level Rp 14.363 per dolar Amerika Serikat (AS).
Mata uang Garuda turun 3,5 poin atau minus 0,02 persen dari perdagangan sebelumnya, yang berada di posisi Rp 14.359,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia bergerak menguat pagi ini. Tercatat, yen Jepang naik 0,19 persen, dolar Hong Kong naik 0,02 persen, dolar Singapura hijau 0,06 persen, dan won Korea Selatan naik 0,52 persen.
Kemudian, peso Filipina menguat 0,06 persen, yuan China naik 0,08 persen, baht Thailand naik 0,16 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,18 persen.
Sedangkan untuk mata uang di negara maju terpantau bervariasi pagi ini. Misalnya, euro Eropa naik 0,06 persen, poundsterling Inggris naik 0,11 persen, dolar Australia minus 0,05 persen, dolar Kanada minus 0,03 persen, dan franc Swiss menguat 0,18 persen.
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan nilai tukar rupiah dan mata uang negara berkembang masih dalam tekanan prospek kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif.
Kendati demikian, ia memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat hari ini karena membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko sejak semalam.
Ia menjabarkan bahwa penurunan harga minyak mentah memperbaiki sentimen pasar terhadap aset berisiko. Ia menilai penurunan harga minyak meredakan.
“Lockdown Kota Shanghai, China, karena Covid-19 membantu penurunan harga minyak mentah karena potensi penurunan permintaan minyak mentah,” katanya kepada CNNIndonesia.com.
Kemudian, pasar juga menantikan perundingan perdamaian antara Ukraina dan Rusia di Istanbul, Turki, yang dijadwalkan hari ini. “Bila hasil perundingan mendekati ke arah perdamaian, harga aset berisiko bisa menguat lagi,” ujarnya.
Ia memprediksi rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 14.320 per dolar AS-Rp 14.330 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp 14.380 per dolar AS.
“Dari dalam negeri belum ada sentimen baru. Pelonggaran aktivitas ekonomi dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mendukung penguatan rupiah,” kata Ariston.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com