MATA uang rupiah diperdagangkan di level Rp 14.402 per dolar AS pada Senin (20/12/2021) sore, menguat 47 poin atau 0,33 persen dari sebelumnya, Rp 14.355 per dolar AS.
Sementara dari Asia, mayoritas mata uang terlihat melemah di hadapan dolar AS. Rinciannya, baht Thailand melemah 0,58 persen, won Korea Selatan melemah 0,86 persen, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,05 persen, dan dolar Singapura melemah 0,02 persen.
Kemudian, yen Jepang menguat 0,12 persen, dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, peso Filipina menguat 0,17 persen, dan rupee India menguat 0,16 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju yang mayoritas melemah terhadap dolar AS. Tercatat, dolar Australia melemah 0,45 persen, dolar Kanada melemah 0,25 perse, franc Swiss melemah 0,08 persen, dan poundsterling Inggris melemah 0,29 persen. Sisanya, euro Eropa menguat 0,14 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah terjadi di tengah pertemuan sejumlah bank sentral di dunia. Mereka membahas mengenai pengurangan pembelian aset di pasar atau tapering.
“Investor berharap The Fed memberi sinyal pengurangan pembelian aset yang lebih cepat pekan ini dan demikian awal yang lebih cepat untuk kenaikan suku bunga,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Jika The Fed mempercepat tapering, maka dolar AS otomatis akan menguat. Dengan demikian, rupiah dan mata uang lainnya akan melemah.
Sementara, bank sentral Eropa dan bank sentral Jepang juga sedang meninjau kebijakan moneternya tahun depan. Sejumlah pihak berpendapat dua bank sentral itu akan mengurangi pembelian aset di pasar.
Ibrahim memproyeksi rupiah bergerak fluktuatif pada Selasa (21/12). Menurutnya, rupiah akan berada dalam rentang Rp 14.320 per dolar AS sampai Rp 14.370 per dolar AS.
(*)