Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit tangis ketakutan keras melebihi gemuruh gelombang yang datang
Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas
Risau Camar membawa kabar, Tampomas terbakar…
ITU merupakan penggalan lagu Iwan Fals bertajuk Celoteh Camar Tolol dan Cemar, yang mencoba menggambarkan tragedi tenggelamnya KMP Tampomas II.
Awal petaka dimulai pada 25 Januari sekitar Pukul 20.00 WITA. Terjadi kebakaran di geladak bawah, di bagian penyimpanan kendaraan bermotor (car deck). Api lalu menyambar tong minyak pelumas. Kebakaran terus membesar.
Tanggal 27 Januari 1981 menjadi hari yang tak bisa dilupakan bagi masyarakat Indonesia. Di hari itu, sebuah musibah yang menghentak benak Ibu Pertiwi terjadi. Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II karam!
Kapal milik Pelni itu tenggelam di sekitar Kepulauan Masalembo di Laut Jawa (termasuk wilayah Jawa Timur). Kala itu, kapal bermuatan 1.054 orang ditambah 82 anak buah kapal (ABK) tengah dalam pelayaran dari Tanjung Priok ke Makassar. Diangkut pula 191 mobil dan 200 sepeda motor.
Menurut data Basarnas, 432 orang tewas (143 mayat ditemukan dan 288 orang hilang bersama kapal) pada kejadian itu. Sementara, 753 orang berhasil diselamatkan. Sumber lain menyebutkan korban sebenarnya mencapai 666 orang.
Melihat kondisi itu, awak kapal paham betul, kebakaran di car deck sangat berbahaya. Bagaimana tidak, posisinya begitu dengan kamar mesin.
Dan benar saja, setelah usaha sia-sia memadamkan api selama lebih dari 2 hari, akhirnya pada pagi hari 27 Januari, terjadi ledakan di kamar mesin. Lambung kapal pecah. Air laut tak terbendung membanjiri geladak kapal.
KMP Tampomas II baru benar-benar “ditelan” ganasnya gelombang Laut Jawa setelah 3 hari terbakar.
Meski pada awalnya Mahkamah Pelayaran tak menemukan hal abnormal pada bencana yang menimpa KMP Tampomas II, namun pihak pemerintah tetap membentuk tim investigasi khusus yang dipimpin oleh Bob RE Nasution.
Hasilnya, ditemukan indikasi korupsi pada proses pembelian kapal Tampomas II. Dalam buku Tragedi Besar Tenggelamnya Kapal Tampomas II di Perairan Masalembo oleh Anshari Thajib, disebutkan bahwa KM Tampomas II milik Pelni baru melakukan pelayaran perdananya pada bulan mei 1980. Tapi bukan berarti kapal ini adalah kapal baru.
Berbobot mati 2420 ton dan mampu mengangkut hingga 1250 sampai 1500 penumpang, ini adalah kapal bekas yang dibeli oleh PT. PANN (pengembangan Armada Niaga Nasional, BUMN) dari Komodo Marine Jepang. Lalu kapal ini dibeli seharga USD8,3 juta oleh Pelni secara mengangsur selama 10 tahun.
Sebelum menjadi milik Pelni, kapal tersebut bernama MV. Great Emerald dibuat di jepang pada tahun 1956 dan dimodifikasi pada tahun 1971.
Menurut banyak pihak, harga yang dibayarkan Pelni terlalu mahal untuk sebuah kapal bekas berusia 10 tahun.
Parahnya lagi, begitu dioperasikan, kapal penumpang ini langsung beroperasi terlalu berat tanpa adanya pengecekan dan perawatan yang memadai. KMP Tampomas II kala itu melayani jalur sibuk Jakarta-Padang dan Jakarta-Ujung Pandang.
Setiap selesai pelayaran, kabarnya kapal ini hanya diberi waktu 4 jam saja dan harus siap berlayar untuk tujuan berikutnya.
Muatan Berlebihan
Selain kejanggalan prosedur pembelian dan perawatan, tim investigasi juga menemukan fakta mengejutkan.
Pada saat kejadian, ternyata jumlah total penumpang KMP Tampomas II melebihi kapasitas. Jika pada daftar inventaris tercatat ada 1.054 orang, ditambah 82 awak kapal. Namun faktanya, total penumpang sebenarnya adalah 1.442 orang. Ini artinya, ada ratusan penumpang gelap saat itu. ***