DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengungkapkan pandemi Covid-19 masih menjadi faktor ketidakpastian bagi perekonomian global maupun nasional di 2022. Meskipun, tren saat ini sudah berada pada jalur pemulihan.
“Saya rasa di 2022 masih ada risiko Covid-19, jadi masih ada faktor ketidakpastian di sisi ekonominya karena Covid-nya masih ada,” kata Faisal saat dihubungi Minggu (23/1/2022).
Faisal menyebutkan kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami lonjakan sejak awal Januari 2022 seiring makin menggilanya varian Omicron. Dampaknya ke ekonomi akan sangat bergantung dari bagaimana pemerintah menyikapi kenaikan kasus tersebut.
“Semestinya dari sisi ekonomi tidak banyak menganggu karena tidak langsung direspons secara dengan peningkatan PPKM, penutupan akses mobilitas. Kalau itu diperlakukan, akan mengganggu jalannya perekonomian,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menambahkan bahwa terganggunya ekonomi sudah jadi konsekuensi dari pengetatan mobilitas karena kenaikan kasus Covid-19. Untuk itu, pemerintah diminta melakukan tindakan mitigasi.
“Semakin tinggi level PPKM maka semakin tinggi pula dampaknya ke ekonomi. Untuk itu, memang harus ada tindakan mitigasi secara ekonomi itu yang harus dilakukan seperti apa,” bebernya.
Tindakan mitigasi secara ekonomi yang dimaksud salah satunya adalah mempercepat realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
“Skenario PEN harus sudah mulai dijalankan di awal-awal sehingga saat PPKM naik, hambatan sosial ekonomi dan mobilitas fisik bertambah, pemerintah sudah siap lakukan itu,” imbuhnya.
(*)
sumber: detik.com