DUA negara tetangga, Malaysia dan Singapura serta ibukota negara Jakarta menjadi tiga lokasi utama sumber persebaran COVID-19 di propinsi Kepulauan Riau.
Data terbaru yang diterima tim GoWest Indonesia, saat ini sudah ada 23 orang warga di Kepulauan Riau yang dinyatakan positif terpapar virus Corona yang menjadi penyebab penyakit COVID-19 di Kepri hingga jumat (10/4/2020) malam.
Tiga di antara warga positif yang berada di kota Batam, sudah meninggal dalam kurun sebulan ini.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, dr Tjetjep Yudiana saat memberi keterangan secara langsung di Batam TV pada jumat (10/4/2020) malam mengatakan pihaknya saat ini sedang menunggu hasil laboratorium dari pasien ke-21 untuk hasil tes 18 orang lainnya.
“Dan ini calon positif kalau sudah keluar hasil PCR tes-nya. Luar biasa ini yang perlu kita waspadai dan pahami bahwa ini begitu ganasnya “, jelas Tjetjep.
Menurut Tjetjep, saat ini yang perlu juga diwaspadai adalah fenomena Orang Tanpa Gejala (OTG) yang sudah dikonfirmasi positif terpapar COVID-19. Saat ini ada 4 warga yang dinyatakan positif tapi tanpa gejala yang dirawat di rumah sakit di Tanjungpinang.
“Ini kita tempatkan di rumah sakit, di rumah singgahnya. Mereka dalam kondisi sehat, luar biasa. Bahkan satu di antaranya menularkan kepada anaknya dan anaknya yang sekarang dalam kondisi kritis”, lanjutnya.
Yang jadi masalah, bila Orang Tanpa Gejala (OTG) yang belum terdeteksi secara pemeriksaan medis dan berada si tengah masyarakat. Kondisi ini bisa berbahaya.
Menurut Tjetjep, menyikapi hal ini, Gubernur Kepri beserta Walikota dan Bupati di Kepulauan Riau sudah menyepakati untuk mengusulkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berdasarkan paparan dan penjelasan tentang pasien positif serta pola penyebarannya di Kepri, ia berharap usulan tersebut bisa segera ditanggapi.
Walaupun dalam salah satu item pengusulan PSBB menurutnya, harus ada data yang benar-benar valid dan menunjukkan ada persebaran virus yang massif di masyarakat, baru usulan bisa disetujui, ia berharap status PSBB bisa cepat diterapkan.
Massif di sini menurutnya, ada penularan di masyarakat dari satu ke yang lainnya, bahkan dengan sumber yang tidak diketahui lagi.
“Tapi kan, kita nggak perlu menunggu itu lah saya pikir”, katanya.
Karena, jauh sebelum terbitnya aturan tentang PSBB, Kepri sebenarnya sudah melakukan beberapa antisipasi pembatasan. Seperti meliburkan anak sekolah, menerapkan anjuran bekerja dari rumah (Work From Home) untuk beberapa kalangan serta anjuran physical distancing dalam interaksi sosial warga sehari-hari. Dengan penerapan PSBB, aturan pembatasan bisa lebih efektif diberlakukan.
“Namun, saya sampaikan hasil pantauan gubernur langsung di lapangan di pasar, penjual tidak menggunakan masker, pembeli juga demikian”, terang Tjetjep.
Hal ini bisa berbahaya. Apalagi di kondisi wabah COVID 19 seperti sekarang.
Alasan ada kelangkaan masker menurut Tjetjep, tidak bisa diterima. Kain bekas sebenarnya bisa juga digunakan sebagai pengganti masker dengan sebelumnya dicuci bersih terlebih dahulu.
“Dulu kita berperang pakai bambu runcing bisa kok. Masa sekarang kita tidak mau mengorbankan, menggunting pakaian bekas, ikatkan ke bagian hidung dan mulut. Asal ada kemauan, sekarang masalahnya tidak ada kemauan”, papar Tjetjep lagi.
Fenomena Gunung Es
DALAM beberapa waktu ke depan, diprediksi akan semakin banyak warga Kepri yang divonis terpapar COVID-19. Hal ini seiring dengan keluarnya hasil pengujian laboratorium dari serangkaian tes yang sudah dilakukan sebelumnya.
“Saya khawatir ini fenomena gunung es. Mengapa fenomena gunung es? Karena yang ini (jumlah yang sekarang, pen) terdeteksi saja. Tapi yang di bawah, yang belum kita deteksi walaupun sudah dilakukan pengambilan sampel (tes, pen), tetapi ini (hasil tes, pen) masih terlalu lama”, katanya.
Ia khawatir begitu hasil tes keluar, akan langsung terlihat lonjakan warga yang dinyatakan positif terpapar COVID 19. Seperti yang terjadi dalam beberapa hari ini. Jumlah warga yang dinyatakan positif di Kepri melonjak drastis dari 10 orang menjadi 21 orang dan yang terbaru (hingga jumat 10/4/2020 malam, pen) sudah mencapai 23 orang warga positif terpapar COVID 19.
“Saya khawatir dalam sepuluh hari yang akan datang, tren-nya akan meningkat. Ini yang perlu kita waspadai bersama”, terangnya.
Sementara itu, dari hasil tracing yang dilakukan tim gugus tugas COVID-19 baik yang ada di propinsi Kepri maupun di tingkat Kabupaten/ Kota, saat ini sudah lebih dari dua ribu warga yang dikelompokkan dalam kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Hal itu didapat dari hasil penelusuran 23 warga yang dinyatakan positif terpapar COVID 19.
“Di Batam, walikotanya bahkan sudah meminta agar semua warganya yang masuk dalam ODP agar dilakukan tes Swab”, katanya.
Alat PCR yang akan digunakan di Batam saat ini sudah ada. Itu merupakan bantuan dari Singapura. Tinggal menunggu 8 komponen kelengkapannya lagi. Jika semua sudah tersedia, seluruh ODP di Batam akan menjalani Swab.
Di luar itu, tim gugus tugas juga terus mencari sampel-sampel lain. Termasuk dari mereka yang sebenarnya rentan terpapar, tapi tidak menunjukkan gejala (OTG).
Jika semakin banyak warga terdeteksi, akan lebih memudahkan para petugas untuk mengambil langkah antisipasi. Tjetjep mengungkapkan, hal lain yang bisa dilakukan warga untuk ikut memerangi virus ini adalah dengan mentaati anjuran pemerintah untuk mengkarantina sendiri di rumah.
“Stay at home, work from home. Itu sudah membantu sekali karena lawan kita ini adalah sesuatu yang tidak nampak”, jelasnya.
Belum Ada Pasien Positif Yang Sembuh di Batam
DARI 10 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Batam, tiga di antaranya sudah meninggal dunia. Sisanya masih menjalani isolasi di rumah sakit dan belum ada pasien yang sembuh.
Belum adanya pasien yang sembuh, padahal sudah menjalani isolasi cukup lama, menjadi kerisauan tersendiri bagi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, drg Didi Kusumarjadi. Hal tersebut diakuinya sudah dibicarakan bersama tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit tempat di mana pasien positif Covid-19 ini dirawat.
Didi menjelaskan, pihaknya telah memberi masukan kepada rumah sakit rujukan untuk memberi asupan seperti yang dilakukan untuk pasien di Sanghai dan Jakarta.
“Kalau di Sanghai mereka dikasih telur dan susu, kalau di Jakarta dikasih vitamin C dan Vitamin E, kita sudah kasih masukan ke rumah sakit untuk dilakukan evaluasi,” kata Didi pada Jumat (10/4) kemarin di tempat terpisah.
Meskipun demikian, Didi mengatakan kalau kondisi pasien yang diisolasi, berada dalam kondisi baik dan terus dipantau oleh petugas.
Pasien yang saat ini menjalani masa isolasi cukup lama adalah pasien ke-2 yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada 23 Maret 2020 lalu. Pasien laki-laki berusia 32 tahun itu melakukan banyak perjalanan di beberapa negara, di antaranya Malaysia, Singapura dan Prancis.
(yum/bob/GoWestID)