BANYAK cerita seram menjurus mistis yang menghiasi keberadaan salah satu DAM penampung air baku di Batam, DAM atau Water Treatment Plant (WTP) Sei Ladi.
Waduk yang menyuplai air untuk warga Batam yang tinggal di wilayah Baloi hingga Tiban dan sekitarnya itu, mulai dibangun oleh pemerintah sejak tahun 1981 di era Otorita Batam di bawah kendali almarhum BJ Habibie.
Dahulunya DAM Sei Ladi merupakan sebuah sungai yang bermuara ke laut. Cerita rakyat yang berkembang, sungai Ladi zaman dahulu merupakan tempat bersembunyinya sekelompok orang yang kemudian dikenal sebagai “Orang Ladi”. Ada yang menyebut mereka bajak laut karena sering mengganggu aktifitas pelayaran, termasuk kapal-kapal Belanda di sekitar perairan Batam hingga selat Malaka.
Kelompok Orang Ladi, kerap menjadikan sungai yang bermuara ke laut itu sebagai tempat persembunyian mereka.
Lambat laun berkembang, wilayah tempat bersembunyinya kelompok itu disebut sebagai sungai Ladi. Orang-orang yang sempat mendiami wilayah sekitar sungai ini dahulunya disebut dengan orang Ladi, Wallahualam.

Seiring waktu, sungai Ladi masa kini sudah menjelma menjadi sebuah waduk besar tempat menampung air baku untuk kebutuhan hidup warga kota Batam. Luas danaunya mencapai 123 hektar. Sementara kapasitas tampung airnya mencapai sekitar 9.400.000 meter kubik.
Tim kami berkesempatan mengeksplorasi waduk tersebut di saat hujan mulai rutin mengguyur kota Batam. Daya tampung waduk Sei Ladi memang menyusut tajam beberapa bulan lalu karena musim kemarau panjang yang terjadi di kota ini.
Bagaimana kondisinya kini? simak laporan tim kami.
(dam/nes)