KOTA Batam melaporkan inflasi sebesar 2,04 persen (year-on-year) untuk bulan November 2024, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,98. Angka ini menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan IHK 104,84 pada November 2023.
Sekretaris Daerah Kota Batam, Jefridin, menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama terhadap inflasi, dengan kontribusi mencapai 1,13 persen dan inflasi sebesar 0,31 persen. Untuk menjaga kestabilan harga, pemerintah setempat melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) secara rutin memantau harga pasar dan komoditas yang mengalami kenaikan.
“Laporan hasil monitoring kami kirimkan setiap bulan ke Kementerian Dalam Negeri untuk memastikan pengendalian inflasi tetap efektif,” ungkap Jefridin dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (3/12/2024) kemarin.
Jefridin juga menekankan pentingnya langkah antisipatif dalam menghadapi tren kenaikan harga. Ia menambahkan bahwa evaluasi harga dan pemantauan pasar adalah kunci agar kebijakan pengendalian inflasi dapat berjalan optimal, demi menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi di Batam.
Beberapa komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi di Batam antara lain beras dan daging ayam ras, masing-masing menyumbang 0,11 persen, diikuti oleh tomat (0,10 persen), minyak goreng (0,07 persen), bawang merah (0,07 persen), dan bawang putih (0,03 persen). Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami deflasi, seperti cabai merah (-0,49 persen), cabai rawit (-0,15 persen), dan kangkung (-0,05 persen).
Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi year-on-year sebesar 1,55 persen, dengan kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai kontributor utama inflasi sebesar 0,22 persen. Tren inflasi di Batam mencerminkan keselarasan dengan pola inflasi nasional, menunjukkan tantangan yang sama di tingkat lokal dan nasional.
(sus)