RENCANA akan dibangunnya RS khusus pasien COVID-19 di Pulau Galang, Kecamatan Galang, Batam Kepulauan Riau (Kepri) menimbulkan keresahan tersendiri di kalangan dunia usaha Batam.
Walaupun letaknya jauh dari pemukiman, namun letaknya yang masih dalam wilayah Batam dinilai tetap akan akan ada interaksi dengan wilayah berpenduduk di Batam. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat investor yang ada di Batam ketakutan sehingga bisa saja memutuskan untuk memindahkan investasinya ke daerah lain atau negara lain.
“Investor di Batam cukup sensitif dengan isu semacam ini. Kita berharap rencana pendirian RS khusus COVID-19 di Batam ini dievaluasi lagi dengan meminta masukan dari masyarakat dan dunia usaha yang ada di Batam.
Jangan terburu buru dan terkesan reaktif dan seolah meniru China mendirikan RS sendiri,” kata Ketua Apindo Kota Batam, Rafki Rasyid di Batam pada Rabu (4/3) kemarin.
Di China sendiri, kata Rafki, RS khusus COVID-19 sudah ditutup seiring sembuhnya pasien yang dirawat di sana. Jangan sampai pemerintah ikut latah mendirikan RS khusus COVID-19 di Batam yang nantinya tidak akan terpakai dan terkesan mubazir.
Lebih baik pemerintah meningkatkan kemampuan RS rujukan yang sudah ada untuk menangani COVID-19 yakni RSUD Embung Fatimah dan RS Badan Pengusahaan (BP) Batam daripada mendirikan RS baru khusus COVID-19.
“Dalam jangka panjang kita yakin virus ini bukanlah ancaman yang serius lagi. Ketika vaksinnya sudah ditemukan. Bahkan dengan perawatan seperti merawat penderita flu normal saja, virus ini bisa dilawan. Terbukti seluruh pasien yang terjangkit di Vietnam bisa sembuh tanpa vaksin khusus,” kata Rafki lagi.
Apindo Batam meminta pemerintah lebih arif lagi dengan tidak terburu-buru mendirikan RS khusus COVID-19 ini di Batam. Sebaliknya disarankan supaya pemerintah mengambil rujukan Vietnam dan Singapura untuk sistem penanganan kasus COVID-19, bukan mengacu ke China.
“China itu pusat episentrum penyebaran virus. Sementara Indonesia, Vietnam, dan Singapura sama-sama penerima penyebaran virus. Jumlah penderitanya juga relatif lebih sedikit ketimbang China. Jangan sampai wacana mendirikan rumah sakit khusus COVID-19 ini justru menimbulkan kepanikan di masyarakat,” tutur Rafki.
*(Bob/GoWestId)