POLITEKNIK Negeri Batam (Polibatam) telah mulai memproduksi beberapa kelengkapan yang diperlukan tim medis di lapangan dalam upaya penanganan pasien maupun pencegahan penularan Covid-19 di Batam. Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Polibatam, Muslim Ansori menuturkan, pelibatan perguruan tinggi dalam upaya penyelesaian masalah Covid-19 menjadi keniscayaan.
Perguruan tinggi menjadi tempat dimana produk-produk ilmiah dipelajari, sehingga nantinya akan didapat formula untuk penyelesaiannya.
Untuk Polibatam sendiri, Muslim mengaku telah menggeser kegiatan kemahasiswaan ke arah yang terkait dengan penanganan Covid-19. Tentu kegiatan-kegiatan tersebut tetap berpatokan pada aturan yang ditetapkan WHO dan Pemerintah.
“Jadi saya bilang buat program yang terkait penanganan Corona tapi dengan tetap mengikuti protokol penanganan Corona. Silahkan berperan sesuai dengan bidangnya,” kata Muslim, Rabu (1/4).
Dari sana, Polibatam telah memulai memproduksi beberapa produk, baik itu produk pendukung kesehatan maupun yang lainnya. Polibatam telah memulai membuat 4 jenis kelengkapan medis dan tiga perangkat multimedia untuk mendorong sebaran informasi perihal Covid-19 di Kepulauan Riau (Kepri). Alat-alat yang tengah diproduksi diantranya adalah bilik sterilisasi; APD dalam bentuk helm pelindung wajah (face shield); ventilator portable; dan pembuatan hand sanitizer.
Sementara untuk konten multimedia sendiri, Polibatam membuat video animasi tentang upaya pencegahan Covid-19; website self-assesment Covid-19, didalamnya juga dilengkapi dengan informasi peta sebaran penderita Covid-19, dan informasi pendukung lainnya.
Muslim juga mendorong agar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Batam bisa menjadi jembatan yang menghubungkan pihak-pihak terkait. Sejauh ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini masih focus pada aspek sosialisasi dan penanganan kasus di lapangan, padahal aspek kolaboratif ini juga menjadi hal yang tidak kalah penting.
“Saya setuju masalah pandemic ini diselesaikan secara kolabratif, dibutuhkan peran penghubung antara pihak-pihak terkait. Gugus Tugas sudah ada, hanya saja fungsi penghubung ini belum optimal dijalankan,” kata Muslim lagi.
Pada prosesnya, Direktur Polibatam, Priyono Eko Sanyoto menjelaskan kalau Polibatam siap menjadi penyuplai APD jika memang dibutuhkan, Polibatam akan mengoptimalkan peralatan dan tenaga terampil utamanya mahasiswa untuk meningkatkan jumlah produksi APD. Ia juga mengajak pihak-pihak di luar kampus untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung pembuatan ADP yang memang menjadi kebutuhan bagi tenaga medis, utamanya penyediaan bahan baku ADP yang sejauh ini menjadi tantangan mereka.
Sejauh ini, produksi ADP berupa pelindung wajah ini sudah banyak peminatnya, tidak hanya rumah sakit di Batam, tapi juga dari daerah lain seperti Surabaya dan Bandung. Meskipun demikian, Eko menjelaskan kalau pihaknya akan focus pada pemenuhan permintaan local terlebih dahulu, baru kemudian disebar ke daerah lain.
“Saat ini row material di kami masih ada, selama material ada kami buat, dan kami upayakan cepat. Di ITB juga terbatas,” kata Eko lagi.
Lebih jauh, Eko menjelaskan kalau kegiatan yang focus pada dukungan penanganan Covid-19 ini memang menjadi tanggaung jawab kolektif, sehingga hubungan antar pihak di daerah harus terjalin baik agar masing-masing bisa berkontribusi sesuai dengan apa yang bisa mereka lakukan.
Polibatam sendiri pernah berkolaborasi dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Pemerintah Kota (Pemko) Batam dalam kegiatan penggalangan dana untuk penanganan Covid-19 ini. Kolaborasi serupa diharapkan bisa kembali terjalin untuk pemenuhan kebutuhan APD dan sarana pendung lain untuk pencegahan Covid-19 di Batam.
*(Bob/GoWestId)