Ini Batam
Listrik di Batam Semakin Terjamin dengan Interkoneksi Sumatera-Batam?

BATAM akan segera memasuki babak baru terkait ketenagalistrikan. Selain rencana pemerintah pusat untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Duriangkang dan Tembesi, PLN Batam juga berencana menambah kapasitas dengan merampungkan interkoneksi Sumatera-Batam.
Hal tersebut terungkap saat kunjungan BP Batam, Kementerian ESDM, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan PLN Batam untuk meninjau kedua waduk utama di Batam tersebut, Rabu (21/9) lalu.
Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) BP Batam, Irfan Widyasa mengatakan kunjungan tersebut untuk mendapatkan informasi terkait ketenagalistrikan seperti kecukupan pasokan dan jaringan listrik, rasio elektrifikasi, hingga rencana perkembangan pembangunan ketenagalistrikan energi terbarukan (PLTS) di Batam.
“Mengenai kecukupan dan kebutuhan listrik di Batam, kita melihat dari rencana PLN Batam akan ada penambahan kapasitas dan pemindahan gardu ke Batam. Rencana jangka panjangnya yaitu interkoneksi Sumatera-Batam, jika investasi ini terealisasi maka ada tambahan sekitar 2.000-3.000 MW dan ini sangat besar,” katanya.
Irfan menyebutkan untuk pengembangan PLTS sendiri akan dikembangkan dengan skala besar dan sudah masuk proyek strategis nasional. BP Batam berharap di tahap pertama ini, ada PLTS berdaya 40 MW di Waduk Tembesi dan 720 MW di Waduk Duriangkang.
“Kedepan rencana kebutuhan di Batam banyak pengembangan besar, butuh dukungan listrik, seperti pengembangan di Rempang sesuai rencana induk, kebutuhannya bisa mencapai 2.000 MW. Kemudian, data center di Nongsa, jika 11 data center sudah terealisasi maka membutuhkan 500 MW,” paparnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Auditor Ahli Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Reinaldy Agung mengatakan peninjauan lapangan ini tindak lanjut dari rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi 20 Juni lalu terkait antisipasi krisis pangan dan energi.
“Kondisi global saat ini tidak menentu, sehingga menyebabkan harga komoditas dunia terus meningkat. Aspek ketersediaan utamanya sumber energi, di mana Batam sangat bergantung pada gas. Kalau kita lihat dari sisi cadangan sendiri sebenarnya tidak sampai 20 tahun lagi gas kita akan habis. Jadi memang perubahan transformasi ke energi EBT itu sudah menjadi suatu ke niscayaan,” jelasnya.
Ia pun meyakini kebutuhan listrik akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk. “Sehingga langkah-langkah antisipatis segera harus dilakukan supaya tidak terlambat dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat,” ujarnya.
Analis Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Firdaus Pioneertha Ibo menyampaikan pihaknya juga fokus kepada rasio elektrifikasi dan System Average Interruption Duration Index, dimana terdapat kurang lebih 20 pulau yang masih belum dialiri listrik di Kepri.
“Kedepan baik dari kebijakan dedisilesasi, konversi dari PLTD ke PLTS dan atau juga grip paket laut semoga bisa mendorong peningkatan rasio eletrikfikasi juga,” imbuhnya.
Sementara, EVP PPRM PLN Batam, Mohammad Arief Rachman menyatakan saat ini kondisi pelistrikan di Batam bisa dikatakan cukup, namun menurutnya Batam harus punya cadangan operasi minimal 20 persen.
“Tentu kita perlu dukungan dari pemerintah agar ada sumber pasokan gas dari sumber lain,” ucapnya (leo).