Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Enam Tersangka Pemalsuan Sertifikat Tanah di Tanjungpinang Dilimpahkan ke Kejaksaan
    15 jam lalu
    Cuaca Berawan di Kepulauan Riau, Ada Potensi Hujan Ringan Hingga Lebat
    18 jam lalu
    DPRD dan Pemprov Kepri Sepakati APBD Perubahan 2025 Sebesar Rp3,933 Triliun
    1 hari lalu
    Gerak Jalan Proklamasi: Merayakan Kemerdekaan dengan Semangat Kebersamaan
    2 hari lalu
    Walau Belum Punya NIK, Dinkes Batam Jamin Akses Kesehatan bagi Bayi dan Balita
    2 hari lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Pekan Olahraga kota Batam Kembali Digelar
    18 jam lalu
    Lomba Gerak Jalan Beregu HUT RI ke-80 di Batam
    19 jam lalu
    Delapan Karakter Unik Singapura
    4 hari lalu
    Asal Sejarah Gim Roblox
    4 hari lalu
    Mendiktisaintek Buka Event CDIO ARM 2025 di Politeknik Batam
    4 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Mubut Darat, Batam
    15 jam lalu
    Kompleks Makam Raja Abdurrahman
    2 minggu lalu
    Makam Raja Haji Fisabilillah
    4 minggu lalu
    Andy Liany (Juli Hendri bin Saleh Rachim)
    1 bulan lalu
    Pulau Nipah, Batam (Pulau Angup)
    1 bulan lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    #Full Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #ComingSoon Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #Full Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    2 bulan lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Menyimak: Menelusur Enny Arrow, Sosok Misterius Dengan Karya Erotis
Sebar
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
In Depth

Menelusur Enny Arrow, Sosok Misterius Dengan Karya Erotis

Editor Admin 8 tahun lalu 10.1k disimak
Sebar
Ilustrasi : © SIKEROK

ANDA yang pernah menjalani masa-masa sebelum reformasi, terutama pria, sangat patut diduga tahu dengan karya penulis yang satu ini. Karyanya sensual dan erotis.

Di tiap karyanya yang biasanya tak lebih dari seratus halaman itu, hanya tercantum nama : Enny Arrow dengan penerbit yang disebut sebagai “Penerbit Mawar”. Tanpa alamat, tanpa kontak lain yang bisa dijadikan referensi tentang keberadaan penulis dan penerbitnya.

Karyanya tidak dipajang dan dijual di toko-toko buku biasa. Untuk mendapatkannya, pembaca setia sang penulis, biasanya sudah tahu tempat yang dituju.

Ya, karya yang sering disebut stensilan itu, biasanya dijual di kaki-kaki lima, di meja-meja para loper koran dan majalah. Terselip di antara barang bacaan lainnya.

Enny Arrow, adalah nama yang begitu melekat dalam dunia penulisan Indonesia pada rentang tahun 1977-1992. Karya-karyanya adalah yang paling banyak dibaca generasi muda Indonesia di zaman edarnya.

Di laman Goodread, Enny Arrow disebutkan terlahir dengan nama Enny Sukaesih Probowidagdo, lahir di Desa Hambalang, Bogor tahun 1924.

Enny memulai karirnya sebagai wartawan pada masa pendudukan Jepang. Belajar Steno di Yamataka Agency, kemudian direkrut menjadi salah satu propagandis Heiho dan Keibodan. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Enny Arrow bekerja sebagai wartawan Republikein yang mengamati jalannya pertempuran di seputar wilayah Bekasi.

Pada tahun 1965,  Enny Sukaesih juga disebutkan Goodread sempat menulis karangan dengan judul “Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta”. Karangannya inilah yang kemudian jadi benang merah untuk membuka sosok Enny selanjutnya  yang terkenal dengan tulisan-tulisan erotis dan sensual.

Saat itu, Enny Sukaesih Probowidagdo mengenalkan nama samarannya sebagai “Enny Arrow”. Kata Arrow ia dapatkan sesuai dengan nama toko penjahit di dekat Kalimalang yang bernama Tukang Djahit “Arrow”.

Di toko tempat penjahit itulah Enny Sukaesih disebutkan pernah bekerja sebagai penjahit pakaian.

Mesin jahit merek Arrow. (Foto:Pinterest pages.ebay.com)

Setelah Gestapu 1965, suasana politik tidak menentu, Enny Arrow kemudian berkelana ke Filipina pada bulan Desember 1965. Dari Manila ia pergi ke Hong Kong dan kemudian ia mendarat di Seattle Amerika Serikat pada bulan April 1967.

Di Amerika Serikat Enny Arrow belajar penulisan kreatif bergaya Steinbeck. Setelah menemukan irama Steinbeck, Enny Arrow mencoba menuliskan beberapa karyanya di koran-koran terkenal Amerika Serikat. Salah satu karya Enny Arrow adalah novel dengan judul : “Mirror Mirror”.

Jika anda pernah baca karya stensil Enny, modelnya mungkin hampir mirip dengan penulis erotis asal negeri Paman Sam bernama Nick Carter. Sempat ada ujar-ujar di kalangan anak muda zaman karya Enny Arrow booming :

“Jika Amerika punya Nick Charter, Indonesia punya Enny Arrow”.

Pada tahun 1974, Enny kembali ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan asing sebagai copy writer atas kontrak-kontrak­ bisnis. Semasa kerjanya ini Enny Arrow rajin menuliskan karya sastra yang amat bermutu. Karya sastranya yang disebut-sebut mengalahkan popularitas Ali Topan Anak Jalanan adalah “Kisah Tante Sonya”.

Pada tahun 1980 karya Enny Arrow mendapatkan sambutan yang luar biasa di banyak penerbit-penerb­it rakyat di sekitaran Pasar Senen.

Enny Arrow bukan saja penulis yang berkibar karena karya-karyanya,­ ia juga merupakan penantang atas sastra-sastra yang berpihak pada kaum pemodal. Sampai pada kematian Enny Arrow pada tahun 1995, tak satupun orang Indonesia tau siapa Enny Arrow. Dia juga menolak bukunya dijual di toko-toko buku besar.

Laman Goodread menyebut Enny Arrow adalah mutiara terbesar Indonesia pada era Orde Baru. Anda setuju?

Penelusuran Citizen

SAMPAI bertahun-tahun setelah kematiannya, identitas Enny Arrow masih menjadi misteri.

Seorang warganet bernama Hari Gib, yang pernah menghabiskan masa studinya di Universitas Brawijaya Malang, pernah melakukan penelitian sederhana tentang Enny Arrow. Penelusurannya diceritakan di laman citizen Liputan6 tahun 2016 lalu.

Senada di Goodread , Hari Gib juga menyebut Enny Arrow adalah nama samaran dari penulis aslinya.

“Semacam nama pena-lah,” katanya.

Bisa dibilang, novel-novel karya Enny Arrow setara dengan VCD atau situs-situs porno internet di zaman sekarang. Tak muluk kiranya, hanya dengan novel Enny Arrow-lah remaja ke atas pada saat itu mengenal pornografi untuk pertama kali.

Pada masanya, karya Enny Arrow meledak keras di pasaran. Seri terbarunya sangat ditunggu-tunggu para pembaca. Isinya luar biasa vulgar. Bercerita tentang sepasang manusia sedang bercinta. Lengkap dengan deskripsi yang rinci dan hiperbola. “Saya kira kekuatannya memang pada deskripsinya. Sangat detail. Imajinasi orang pasti sudah ke mana-mana,” ujar Hari.

Foto beberapa karya Enny Arrow : © AOKHI

Cover novel Enny Arrow juga terbilang berani. Tak ada satu pun buku bergambar wanita berpose panas pada saat itu, kecuali karya-karyanya. Dibalut dengan judul yang metaforis seperti, Selembut Sutera, Malam Kelabu, Gairah Cinta, Noda-Noda Merah dan lain sebagainya.

“Rata-rata kalau tidak sembunyi saat membaca, ya disobek covernya agar tidak ketahuan,” ujar Hari lagi.

“Kecenderungan Eni, dia orangnya anti-mainstream. Tidak memikirkan royalti contohnya. Dia ingin menelurkan karya yang segar, itu saja. Dan setiap orang berhak membaca. Bahkan kelas menengah ke bawah sekali pun,” katanya lagi.

Jika dicermati, karya Enny Arrow sebenarnya mengajarkan kebaikan juga. Namun dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, Eni selalu membuat cerita tokoh dalam bukunya happy ending. Seburuk apa pun yang telah dilakukan tokoh itu, pada akhirnya si tokoh akan mendapatkan ganjaran yang setimpal lalu bertobat.

“Walau sebenarnya berisiko, itu yang membuat Enny Arrow tak pernah ditinggalkan pembacanya,” kata Hari meyakinkan.

Sastra atau Stensilan?

“Itu bacaan porno. Semua anak SMA pada masa itu tahu. Buku-bukunya dikoleksi, jadi bagian dari gaya hidup anak muda waktu itu–popular cultureIndonesia. Isinya hanya tentang bagaimana karakter-karakter ceritanya melakukan hubungan seksual. Betul-betul fiksi porno,” kata mantan pemimpin redaksi Majalah Playboy, Erwin Arnada. 

Maksud dari “sensitif” itu tentu saja berbau pornografi. Dan ini mengarah pada pertanyaan berikutnya: apakah pornografi sama dengan erotika?

Secara literal, erotika memiliki arti “karya sastra bertema atau bersifat keberahian.” Sementara pornografi ialah “penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi.”

Di laman Kumparan Juli 2017 lalu, Erwin blak-blakan tak sepakat tulisan Enny Arrow disebut sastra. Bagi Erwin, sebutan “sastra erotika” terlalu muluk-muluk untuk sebuah bacaan cabul.

“Saya merasa janggal dengan terminologi sastra erotika. (Novel Enny Arrow) itu porno. Itu konyol. Fiksi porno kok masuk kategori karya sastra. Itu konyol. Sastra mestinya punya nilai. Cerita fiksi tentang orang melakukan hubungan seksual. Di mana nilainya? Itu cuma stensilan.”

Lebih lanjut, Erwin bahkan meyakini sosok Enny Arrow sesungguhnya tak ada. Alias tidak ada orang dengan nama Enny Arrow, dan tak ada pula sosok individu di balik “Enny Arrow”.

“Dulu, saat saya menjadi wartawan di Majalah Editor, tahun 1990, saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa di satu kampus yang dibayar untuk membuat cerita (Enny Arrow). Satu cerita dibayar Rp 15.000-20.000, diserahkan ke penerbit di Senen. Jadi Enny Arrow bukan orang, itu penerbit,” ujar Erwin.

“Saya ketemu mereka (mahasiswa-mahasiswa penulis novel Enny Arrow) tahun 1990. Tapi Enny Arrow lebih terkenal tahun 1980-an,” imbuhnya.

Khatibul Umam, dosen penulisan kreatif Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, di laman  yang sama, punya penjelasan sendiri atas temuan Erwin.

“Semula dia (Enny Arrow) menulis sendiri. Namun dalam konteks industri perbukuan, semua orang bisa menulis, dan akhirnya Enny Arrow jadi merek dagang, di mana setiap orang atas pesanan penerbit bisa memakai nama ‘Enny Arrow’ atau ‘Fredy S.’ untuk produk-produk mereka (yang dibuat menyerupai karya sang penulis asli).”

Peneliti yang berada di wilayah ilmiah, ujar Khatibul, mencoba melacak mana yang betul-betul tulisan Anny Arrow, dan mana yang tiruan.

Namun riset atas itu terkendala karena buku-buku Anny Arrow kini sukar ditemukan.

“Akses terhadap buku sulit karena buku-bukunya sekarang jadi buruan kolektor, jadi memorabilia yang diborong,” kata Khatibul.

Teori Khatibul, bahwa Enny Arrow benar ada meski akhirnya nama dia menjadi merek dagang, bisa jadi benar.

Sebab sejumlah penggemar setianya mengatakan dapat membedakan antara novel yang asli dan palsu.

Memang, pada akhirnya, setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya masing-masing. Tak terkecuali karya-karya Enny Arrow.

Biar bagaimana pun orang memaknainya, ia pernah meramaikan khazanah kesastraan Indonesia. Walau sosoknya tak pernah dikenal orang apalagi diceritakan di buku-buku pelajaran, Enny Arrow tetap punya tempat di hati para penggemarnya hingga sekarang.

Hingga saat ini, karya-karya Enny Arrow pun masih sering dicari di toko-toko online, kendati langka dan mahal harganya.

(dha/*)

 

Pilihan Artikel untuk Anda

Lulusan SMA Masih Dominasi Jumlah Pengangguran di Batam

BP Batam Terima 16 Kewenangan Baru dari Pemerintah Pusat

Tersangka Kasus Penyiksaan Pembantu di Batam Terancam 10 Tahun Penjara

Proyek Estuari DAM: Pemprov Kepri Kaji Bendung Laut Senggarang

Bobol Rp 119 Miliar, 2 Warga Batam Jalani Sidang di Surabaya

Kaitan enny arrow, identitas, karya sastra, sosok, Stensil
Admin 23 Oktober 2017 23 Oktober 2017
Sebar Artikel/ Konten ini
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali0
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya Cikal Bakal Bright PLN Batam ; UPT Kelistrikan OB & Mesin – Mesin ex Pertamina
Artikel Selanjutnya “Hanya Soal Waktu”
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Pulau Mubut Darat, Batam
Wilayah 15 jam lalu 164 disimak
Enam Tersangka Pemalsuan Sertifikat Tanah di Tanjungpinang Dilimpahkan ke Kejaksaan
Artikel 15 jam lalu 174 disimak
Cuaca Berawan di Kepulauan Riau, Ada Potensi Hujan Ringan Hingga Lebat
Artikel 18 jam lalu 188 disimak
Pekan Olahraga kota Batam Kembali Digelar
Sports 18 jam lalu 171 disimak
Lomba Gerak Jalan Beregu HUT RI ke-80 di Batam
Sports 19 jam lalu 176 disimak

POPULER PEKAN INI

Kecelakaan di Jalan Sudirman, Seorang Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia
Artikel 2 hari lalu 378 disimak
Hanya 9 dari 653 UMKM Lolos Bantuan Subsidi Bunga 0%
Artikel 4 hari lalu 286 disimak
Delapan Karakter Unik Singapura
Catatan Netizen 4 hari lalu 270 disimak
Program Cek Kesehatan Gratis di Batam Fokus pada Anak Sekolah Dasar
Pendidikan 4 hari lalu 263 disimak
Kronologi Kecelakaan Maut Nissan GT-R35 vs. Yamaha Mio di Batam
Artikel 3 hari lalu 263 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Privacy Policy
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?