Catatan Netizen
Peluru Lemak Babi dan Sentimen Berbahaya Itu : di perang Ukraina-Rusia

Beberapa hari lalu bini menunjukkan meme yang beredar di internet. Meme tentang pasukan Ukraina mengolesi lemak babi ke pelor senjata yang digunakannya untuk melawan pasukan Muslim Chechnya yang akan membantu pasukan Rusia. Bagi saya, meme itu bukan hal yang lucu. Itu sudah menjadi “peringatan” dini, perang Ukraina-Rusia bakal ditambahi “bumbu” sentimen agama.
Oleh : Sulton Yohana
Sejarah telah mencatat, setiap perang dengan sentimen agama; pasti lebih brutal, lebih sadis, lebih sulit dihentikan.
Semoga tidak terjadi!
Saya baru selesai membaca buku yang menurut saya sangat menarik. Berjudul “Al- Qaeda, Tinjuan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya”. Penulisnya, seorang diplomat Indonesia yang telah malang-melintang sebagai diplomat di banyak negara Timur Tengah, dan Barat. Juga lama menjabat Wakil Badan Intelejen Negara (BIN); As’ad Said Ali. Pengalaman, informasi sekelas A1, serta link yang dimiliki Pak As’ad, tentu menentukan kualitas buku ini.
Tidak seperti buku-buku intelejen lainnya yang biasanya masih berupa analisa/opini penulis; sebagai orang yang lama menjabat wakil BIN, tentu Pak As’Ad bisa mengakses informasi intelejen paling rahasia. Tak heran jika buku ini berisi begitu banyak detil. Bahkan hingga tanggal dan kejadian riil. Plus serangkaian latarbelakang dari peristiwa atau peranan tokoh yang Pak As’ad tulis; semua informasi itu kemudian diramu untuk memperkuat hipotesanya.
Buku yang membawa saya pada salah satu kesimpulan: Dunia ini, bagi sebagian pihak yang berkepentingan, harus selalu MEMERLUKAN perang.
Perang, bagi mereka, bisa diupayakan dengan segala macam cara. Bisa lewat propoganda kesenian (misalnya kenapa film-film USA/Barat selalu menempatkan Rusia atau Muslim sebagai tokoh antagonis?), agitasi politik, pembentukan kelompok teroris, sentimen agama, faksi-faksi perlawanan, pemuka agama-pemuka agama provokatif, dls. Perang, bagi mereka, diperlukan untuk menjaga kepentingan mereka, menjaga bisnis, menjaga kekuasaan, menjaga dominasi.
Meme pasukan Ukranina mengolesi lemak babi ke pelor senjata yang akan digunakan melawan pasukan Chechnya mungkin dianggap sebagian pihak sebagai lelucon belaka. Tapi, bagi saya, itu justru menjadi peringatan keras, pihak-pihak yang MENGHENDAKI perang, sudah mulai memperbanyak BENSIN YANG DISIRAM ke api yang telah berkobar. Pihak-pihak yang justru tak mewakili entitas negara, tidak mewakili agama tertentu, tidak punya ideologi tertentu. Pihak-pihak yang cuma peduli: perang itu menguntungkan mereka.
Indonesia yang seolah jauh dari konflik, bisa merasakan “kobaran” itu. Dan bukankah itu terbaca di perang opini media sosial kita. Juga harga minyak mentah yang menaik cepat, yang membuat kita kian susah.
Dan sentimen agama, dalam buku Pak As’ad, adalah salah satu cara terbaik untuk mengobarkan perang SEKOBAR-KOBARNYA (Al-Qaeda selalu memakai konflik Palestina sebagai alasan utama perjuangan mereka).
Anda perlu membaca buku penting ini! Yang bisa berfungsi sebagai peta, untuk mewaspadai mana “kawan-kawan” di sekeliling kita yang membahayakan. Karena “kawan-kawan” di sekeliling kita itu, bisa menjadi “agen terbaik”, yang membawa segala macam sentimen kebencian; agar kita juga ikut menggemari perang. Seperti mereka.
Di Indonesia, sentimen-sentimen agama yang selama ini mengurapi dan membumbui dunia perpolitikan dan kekuasaan, telah menjadi pintu masuk strategis bagi simpatisan-simpatisan Al-Qaeda, juga ISIS dan sejenisnya, untuk menjadikan Indonesia sebagai “lahan garapan” mereka. Ironisnya, mereka-mereka itu, kawan-kawan kita sendiri itu, tidak pernah MENYADARI bahwa mereka telah dimanfaatkan sebagai agen dari “invisible hand” yang menyukai perang itu.
Semoga kita semua senantiasa diberi penglihatan yang jernih. Atas setiap persoalan yang kita hadapi.
(*)
Seperti ditulis Sulton Yohana di akun jejaring sosialnya