PERKEMBANGAN ekspor Batam yang tumbuh positif sepanjang 2021, membuat kalangan pengusaha di kawasan industri bersikap jumawa menghadapi tahun 2022 yang masih jauh dari kata selesai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, nilai ekspor rata-rata tahun 2021 meningkat sekitar 10 persen dibanding tahun 2020. Bahkan, nilai ekspor di Desember yang sebesar US$ 1.294,59 juta, merupakan peningkatan hampir 50 persen, dibandingkan Desember 2020.
Koordinator Wilayah Batam dan Karimun Himpunan Kawasan Industri (HKI), Tjaw Hioeng mengatakan tahun 2021, ekspor Batam tumbuh positif di atas rata-rata tahun sebelumnya.
“Ini disebabkan banyaknya pengalihan produksi dari sister company dan perusahaan manufaktur di Asia Tenggara akibat pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara pesaing Batam,” kata Tjaw, Kamis (3/3).
Karena hal itu, perusahaan manufaktur di Batam kebanjiran pesanan, akibat lockdown terbatas di kawasan industri negara-negara pesaing.
“Beruntung, kita punya Izin Operiasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sehinga pabrik dapat berjalan sebagaimana mestinya,” ungkapnya.
Namun, tren positif 2021 ini harus diwaspadai, dengan kembali beroperasinya perusahaan-perusahaan manufaktur di Asia Tenggara, dimana mereka sudah beroperasi normal.
“Untuk antisipasinya, selalu permudah semua bentuk perizinan dan pemberian insentif sesuai dengan perkembangan zaman,” tuturnya.
Lalu, agar pertumbuhan kota serta kabupaten di Kepri juga naik, maka saat ini sangat digesa aturan percepatan integrasi rencana induk Batam, Bintan dan Karimun (BBK).”Sehingga daerah lain seperti Bintan dan Karimun juga berkembang,” harapnya (leo).