PROSES Pemugaran atau revitalisasi masjid Agung Batam, molor dari jadwal yang sudah ada. Wali Kota Muhammad Rudi mengungkapkan penyebab molornya revitalisasi Masjid Agung Batam.
MASJID Agung Batam Center, awalnya dijadwalkan sudah selesai pada awal tahun 2024. Pembangunan revitalisasi itu menelan anggaran sebesar 167 miliar rupiah.
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Pemerintah Kota Batam, Azril Apriansyah beberapa waktu lalu mengatakan, setelah selesai, masjid ini akan memiliki ruang yang lebih besar dibandingkan yang sebelumnya. Sebagai contoh ialah ruang shalat utama yang bisa menampung hingga 2500 jamaah dan plaza yang bisa menampung hingga 14.500 jamaah.
“Sudah dilaksanakan sejak tahun 2022 dan diselesaikan tahun jamak hingga 2024. Jadi nanti kapasitasnya kalau dulu sekitar 1800 untuk ruang shalat utamanya, nanti bisa menampung hampir sekitar 2500. Kemudian kita menyiapkan plazanya, masjid sultan kan ada yang daerah payung payung yang bisa dipakai shalat dan juga acara lainya di masjid agung juga kita buat itu bisa menampung 14.500an pengunjung di sana”Ucap Azril pada Senin (23/10/23) lalu.
Mengenai penyebab molornya pengerjaan revitalisasi bangunan ibadah megah yang dibangun pada 1999 silam itu, Walikota Muhammad Rudi mengatakan, ada beberapa ornamen yang dipesan dari luar kota. Sehingga, ornamen itu sampai ke Batam, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Meskipun begitu menurutnya, hal tidak boleh terjadi. Karena seharusnya pihak kontraktor sudah memiliki rencana sejak awal revitalisasi dimulai.
Seharusnya, kata Rudi, sejak Maret 2024 lalu harus sudah selesai. Pasalnya persoalan anggaran pembangunan tidak ada masalah, karena sudah uangnya sudah disiapkan untuk pengerjaan tahun jamak. “Mereka minta sampai Mei ini,” katanya.
Pada kesepakatan kedua ini, PT Adhi Karya menjanjikan bisa merampungkan penyelesaian revitalisasi 27 Mei mendatang. Meskipun masih ada waktu kurang lebih dua pekan ke depan lagi, banyak yang khawatir penyelesaian masjid rampung.
“Saya masih lihat dulu. Karena ini sudah jauh dari harapannya saya. Dulu saya berharap bisa ikut ibadah secepatnya di masjid agung. Namun urung, karena tak kunjung selesai hingga kini,” ujar Rudi.
Ia memohon, doa kepada seluruh warga Batam agar revitalisasi bangunan masjid ini bisa segera rampung. Sehingga masyarakat bisa segera menikmati bangunan masjid untuk ibadah, dan wisata religi.
Di awal rencana pembangunan kembali bangunan masjid, Rudi sudah menegaskan untuk ketepatan waktu, dan kualitas bahan yang digunakan. Pemko Batam awalnya menyiapkan pagu anggaran sebesar Rp209 miliar. PT Adhi Karya berhasil menang lelang dengan nilai Rp167 miliar.
Rudi mengatakan revitalisasi ini diharapkan bisa berjalan dengan perencanaan yang matang. Masjid ini merupakan salah satu bangunan yang berada di pusat kota, dan menjadi tempat ibadah di area perkantoran Batam.
“Saya ingin konstruksi berjalan baik. Terutama terkait saluran air tolong diperhatikan. Saya tidak ingin bangunan masjid ini baru selesai dibangun tapi sudah ada yang bocor, keramik pecah, dan saluran airnya tidak lancar,” tegas Rudi usai mendengar paparan dari PT Adhi Karya beberapa waktu lalu.
Rudi menyebutkan, dari pagu anggaran Rp 209 miliar, PT Adhi Karya memenangkan proyek dengan nilai Rp 167 miliar lebih. Ini artinya terdapat kurang lebih Rp 40 miliar yang dihilangkan dari pagu anggaran yang dibuat Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Batam.
“Ini akan menjadi masjid kedua di Pemko Batam, dan ketiga setelah Masjid Tanjak. Saya harus mengakui konstruksi masjid tanjak jauh lebih baik dari masjid Sultan Mahmud Riayat Syah. Ini harus menjadi perhatian ketika memulai konstruksi proyek,” ujarnya.
Ia akan memantau dan mengawasi langsung pelaksanaan revitalisasi ini. Ia berharap tidak ada penurunan kualitas terhadap kontruksi nantinya. Untuk itu, Rudi meminta kepada PT Adhi Karya untuk betul-betul dalam melaksanakan proyek ini.
“Jangan sampai di tengah jalan nanti tidak sesuai dengan rencana. Saya minta PPTK yang bertanggung jawab mengawasi betul jalannya proyek ini. Jangan sampai baru dibangun nanti keramik sudah pecah, air sudah merembes. Ini tidak boleh lagi terjadi,” tegasnya.
Masjid Agung Batam tentunya akan menjadi salah satu ikon dari Kota Batam. Tidak hanya menjadi sarana ibadah, namun juga bisa untuk wisata religi.
Adendum Perjanjian Kedua, Target Selesai Mei 2024
KEPALA Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), Azril Apriansyah menyampaikan pengerjaan memang ditargetkan kembali berlanjut pekan ini. Usai momen libur lebaran, aktivitas revitalisasi bangunan masjid Agung kembali dimulai.
Ia mengatakan target penyelesaian bangunan masjid ini masih mengacu pada addendum atau perubahan pada dokumen perjanjian kedua yakni tanggal 27 Mei 2024 mendatang.
“Sejauh ini masih sama. Kita lihat dulu di akhir bulan depan, seperti apa nanti komitmen dari PT Adhi Karya dalam menyelesaikan revitalisasi sesuai dengan perjanjian,” kata dia, Selasa (23/4/2024), dikutip GoWest.ID dari pemberitaan Batam Pos.
Azril masih optimis pengerjaan revitalisasi ini bisa berjalan dengan baik. Namun jika ada keterlambatan, pihaknya tentu akan membahas lebih lanjut bersama PT Adhi Karya seperti apa untuk selanjutnya.
Menurutnya, adanya pengerjaan tambahan bisa menjadi alasan terjadinya perubahan pada perjanjian kerja. Kendati demikian, ia tetap berharap pengerjaan masjid ini bisa sesuai dengan target.
“Masih ada kurang lebih satu bulan ke depan. Nanti kita akan lihat dulu. Semoga tidak ada molor,” sebutnya.
Pengerjaan revitalisasi bangunan masjid awalnya ditargetkan selesai pada Desember 2023 lalu. PT Adhi Karya sebagai pelaksana, kemudian meminta tambahan waktu, hal ini dikarenakan ada pengerjaan tambahan yaitu penggantian granit di lantai masjid.
Pengerjaan ditargetkan akan rampung Mei mendatang. Masjid senilai Rp170 miliar ini didesain menjadi salah satu destinasi religi di Batam. Masjid akan memiliki lima kubah dan konsep yang lebih modern.
Sejarah Awal Masjid Agung Batam
Masjid Agung Batam atau disebut Masjid Raya Batam (MRB), awalnya disebut sebagai masjid Raya Batam. Masjid ini sebelumnya memiliki kubah dengan bentuk unik yang berdesain limas segi empat atau seperti piramida. Masjid ini dilengkapi dengan menara setinggi 66 m. Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini menjadi pesona daya tarik pariwisata.
Komplek MRB berdiri di atas lahan seluas 75.000 meter persegi. Saat awal dirancang dan kemudian dibangun, Masjid ini memiliki kubah dengan bentuk unik yang berdesain limas segi empat atau seperti piramida.
Bentuk limas sama sisi (teriris tiga bagian) dipilih dengan pertimbangan bahwa bentuk atap yang cocok untuk denah bangunan bujur sangkar, mempunyai persepsi vertikalisme menuju satu titik di atas sebagai simbol hubungan antara manusia dan Tuhan (habluminallah).
Sedangkan Irisan tiga bagian merupakan simbol perjalanan hidup manusia (sebagai hamba Allah) dalam tiga alam yaitu alam rahim, alam dunia, dan alam akhirat.
Masjid ini di desain oleh Ir. Achmad Noe’man dari PT Birano dan disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997.
Beliau merupakan arsitek tersohor di Indonesia yang pernah merancang Masjid Salman di ITB kota Bandung.
Adapun pembangunannya sendiri dimulai pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001.
Masjid Raya Batam dirancang untuk memenuhi kebutuhan fasilitas peribadatan masyarakat, khususnya umat muslim di kota Batam.
(ham/dha)