NILAI tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Kamis (13/1/2022), setelah melemah dalam dua hari sebelumnya. Pada penutupan sore ini, rupiah berada di posisi Rp 14.295 per dolar AS.
Kurs rupiah spot menguat 0,20% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin pada Rp 14.324 per dolar AS. Pembatalan sementara larangan ekspor batubara menjadi sentimen positif bagi pergerakan mata uang rupiah hari ini.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp 14.311 per dolar AS sore ini. Angkanya melemah dari posisi kemarin yang sebesar Rp 14.302 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah beriringan dengan pergerakan mata uang Asia yang mayoritas naik. Hanya yuan yang tercatat melemah minus 0,02 persen terhadap the greenback.
Terpantau yen Jepang naik 0,22 persen, dolar Hong Kong naik 0,01 persen, dolar Singapura naik 0,10 persen, won Korea Selatan naik 0,22 persen, peso Filipina yang naik 0,28 persen, rupee India naik 0,08 persen, ringgit Malaysia naik 0,27 persen, dan baht Thailand naik 0,17 persen.
Penguatan mata uang Asia lebih lanjut bisa terjadi dengan yuan akan menguji 6,35 dan rupiah akan diuntungkan oleh kelanjutan ekspor batubara,” kata Khoon Goh, head of Asia research ANZ di Singapura kepada Bloombeg.
Sementara itu, mata uang di negara maju juga menguat di hadapan dolar AS. Terpantau franc Swiss menguat 0,27 persen, dolar Kanada menguat 0,32 persen, dolar Australia menguat 0,37 persen, poundsterling Inggris menguat 0,31 persen, dan euro Eropa menguat 0,31 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan penguatan rupiah didorong oleh sejumlah sentimen positif yang datang dalam negeri seperti Program Pengungkapan Sukarela (PPS) atau Tax Amnesty Jilid Kedua.
“Kalau dalam negeri masih berhubungan dengan tax amnesty tahap dua di mana hingga 10 Januari 2022 sudah mencapai Rp 1,39 triliun. Artinya bahwa pengusaha antusias mengikuti program ini dan membuat pelaku pasar optimistus pendapatan negara dari pajak akan capai target,” kata Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/1).
Selain itu, data konsumsi masyarakat dari survei Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan konsumsi.
“Adanya peningkatan konsumsi namun inflasi stabil, walaupun harga cabai, bawang, minyak goreng naik rupanya gak berpengaruh negatif ke pasar, sehingga berpengaruh positif ke rupiah,” ujarnya.
Ibrahim juga menilai pernyataan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, terkait Omicron justru memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Pasalnya, pernyataan Budi yang mewanti-wanti adanya lonjakan kasus Omicron pada Februari menjadi alarm persiapan bagi pasar agar tidak terjadi goncangan di kemudian hari.
“Setelah diamati, Menkes memberikan informasi positif bahwa kejadian untuk pandemi Omicron masih jauh, artinya seperti mau tsunami ada (peringatan) hati-hati, itu paling bagus, secara psikis terjadi goncangan sementara, namun ini justru yang membuat rupiah menguat,” jelasnya.
Ia pun menjelaskan selain sentimen negatif masih datang dari kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserves yang akan menaikkan suku bunga. Namun, sentimen positif dalam negeri dinilai masih mendominasi dibandingkan sentimen luar negeri, sehingga membawa penguatan bagi rupiah.
(*)
sumber: CNNIndonesia | Kontan.co.id