KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut siswa dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah berpotensi ketinggalan materi pada masa Pembelajaran Jarak Jauh. Hal ini disebabkan lemahnya akses mereka untuk mencukupi kebutuhan belajar secara digital.
“Ketika masuk bersama satu kelas, variasi kemampuan niscaya akan berbeda-beda. Nah yang paling rentan tertinggal anak-anak yang secara sosial dari ekonomi kekurangan,” ungkap Plt. Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Perburukan Kemendikbud, Totok Suprayitno dalam Konferensi video, Senin, 6 Juni 2020 seperti dikutip dari Medcom.
Untuk itu Totok menginstruksikan agar semua guru melakukan asesmen di awal tahun ajaran baru. Agar di saat pembelajaran dimulai, guru bisa mengidentifikasi siswa yang tertinggal.
“Guru harus identifikasi mana anak yang tertinggal dan itu yang perlu mendapat prioritas pertama untuk ditolong,” ujarnya.
Bentuk asesmennya sendiri diserahkan kepada masing-masing guru, sesuai karakteristik anak. Artinya, asesmen bukan dilakukan oleh pihaknya.
Guru, menurut Totok, tidak bisa diberikan acuan teknis yang kaku dalam membuat asesmen. Guru diberikan kebebasan melakukan mekanisme pembelajaran yang dianggap sesuai dengan siswanya.
“Misalnya kalau siswa kelas empat, tapi dites pelajaran kelas tiga dia belum bisa. Ya harus belajar kelas tiga dulu. Guru perlu fokus ke anak-anak yang tertinggal dulu,” jelasnya.
(*/nes)
Sumber : Medcom