RAMADHAN tahun ini akan sama seperti sebelumnya, dimana tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi. Tekanan inflasi ini berasal dari meningkatnya kebutuhan pangan strategis selama Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, sekaligus Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kepri, Musni Hardi mengatakan selain kebutuhan pangan yang meningkat, peningkatan permintaan angkutan udara juga berpotensi mendorong tingkat inflasi.
“Penyesuaian harga BBM non subsidi seiring tingginya harga minyak dunia menjadi faktor berikutnya yang dapat mendorong tingkat inflasi,” katanya, Senin (4/4).
Adapun upaya pengendalian inflasi yang dilakukan antara lain memastikan ketersediaan stok, menjaga kelancaran distribusi, dan memastikan keterjangkauan harga, dengan terus memastikan kelancaran aktivitas bongkar muat dan ketersediaan stok bahan pangan strategis pada distributor dan Bulog, serta terus memantau harga bahan pangan.
“Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk dapat berbelanja secara bijak dan tidak berlebihan sehingga dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan inflasi secara signifikan,” ungkapnya.
Dalam jangka panjang, TPID akan terus mendorong upaya pengendalian inflasi dengan meningkatkan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan dan petani, perluasna lahan dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik.
“Contohnya program lipat ganda, program urban farming dan digital farming kepada petani dan nelayan. TPID juga akan terus mendorong pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital,” pungkasnya (leo).