BARU-BARU ini ditemukan kandungan emas yang sangat melimpah melebihi kandungan emas yang ada di Freeport, Papua, yakni di Provinsi Bengkulu.
Para ahli geologi yang berasal dari Inggris menyatakan bahwa kandungan emas di daerah itu melebihi satu juta ounces atau lebih dari 28 ton emas. Dan potensi ekonomi tersebut terkubur di kawasan hutan lindung, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Menurut Sekertaris Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu Oktaviano, mengatakan potensi emas itu belum bisa digali karena kendala izin pinjam pakai lahan yang masih termasuk kawasan hutan lindung dan berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan.
“Sudah ada satu perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri yang mengajukan izin eksplorasi, tetapi belum kami proses sebab sebagian besar lahan ada di kawasan yang dikuasai negara,” kata Oktaviano dikutip dari News.xcoid.com, Rabu 28 September 2016.
Untuk saat ini, sudah ada dua perusahaan yang mengajukan izin eksplorasi ke Dinas ESDM Bengkulu. Dua perusahaan adalah PT Energi Swa Dinamika Muda dan juga PT Prima Persada Utama. Bahkan salah satu di antaranya mengajukan izin untuk mengeksplorasi lintas provinsi.
“Kami bakal sangat berhati hati, karen selain mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, persoalan izin tambang apalagi tambang emas ini berisiko tinggi dan bisa memicu konflik yang sangat luas,” kata dia menambahkan.
Emas Monas dari Bengkulu
Bengkulu memang dikenal sebagai wilayah penghasil emas pada zaman penjajahan Inggris. Salah satu buktinya adalah emas yang ada di puncak Monumen Nasional. Tak banyak yang tahu bahwa ternyata 38 kg emas yang dipajang di puncak tugu Monas adalah sumbangan dari seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia, yaitu Teuku Markam.
Teuku Markam mengambilnya dari sebuah desa di kawasan Bengkulu, yakni Desa Lebong Tandai. Dikutip dari Levinos, jauh sebelum perusahaan emas Freeport berkuasa, daerah ini sudah dijuluki sebagai Batavia Kecil karena posisinya yang amat penting dalam pemerintah kolonial saat itu.
Lebong Tandai adalah salah satu desa di kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, provinsi Bengkulu, Indonesia. Desa ini dialiri oleh Sungai Lusang yang cukup jernih dan terdapat Bendungan bernama “Tokorotan” yang dibangun kolonial Belanda.
Dikutip wikipedia, Kebutuhan listrik di Lebong Tandai terpenuhi selama 24 jam oleh sebuah turbin air peninggalan Belanda yang secara swadaya dipelihara perawatannya.
Rata-rata setiap tahun tambang emas Lebong Tandai menghasilkan1 ton emas. Pada 1937, misalnya, produksi emas Lebong Tandai mencapai 1.095.538 gram. Periode 1900-1940 mungkin menjadi masa keemasan tambang ini karena mampu memproduksi 72% dari semua emas Netherlands East Indies yang totalnya mencapai 123 ton.
“Jika tambang emas selama ini beroperasi, potensinya bisa saja melebihi produksi emas yang dihasilkan dari Freeport,” kata Oktaviano. ***