SEKTOR maritim yang lama diabaikan, dianggap sebagai solusi utama untuk membantu pemulihan ekonomi di Batam, yang sempat terpuruk imbas dari pandemi Covid-19.
“Saat ini banyak kapal menganggur, yang bisa dimasukkan Batam. Di saat seperti ini, dimana ekonomi memang menurun, kegiatan maritim seharusnya meningkat,” kata Ketua Indonesia National Shipowner Association (INSA) Batam, Osman Hasyim, Kamis (16/9).
Ia optimis dengan kerjasama yang baik antara pengusaha di sektor maritim dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam, maka upaya memajukan dunia maritim bukan lagi mimpi, sehingga daya saing Batam akan terus meningkat.
“Kami akan coba pasarkan Batam kembali, karena sudah punya daya jual. Apa yang sudah ada di Batam ini semuanya bagus, tinggal bagaimana dipasarkan kembali, agar kapal-kapal mau datang kembali,” ungkapnya.
Sebelumnya, aliansi pengusaha maritim sudah menyepakati terkait pembebasan tarif tambat di Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dengan BP Batam.
“Kami hanya ingin Batam sepertiu dulu, punya daya saing. Kalau kapal mausk, maka akan ada devisa. Setelah itu, tinggal lima hal harus dikedepankan, yakni aman, nyaman, kepastian hukum, tarif bersaing dan pelayanan prima,” ungkapnya.
Sementara itu, pengusaha shipyard juga menaruh harapn besar kepada pemerintah daerah, agar bisa memberikan dukungan penuh kepada dunia maritim di Batam.
Saat ini, posisi Batam tidak melakukan lockdown, jadi sangat potensial untuk menarik kapal-kapal agar masuk ke Batam.
“Batam memiliki potensi besar untuk bisnis maintenance dan repair kapal-kapal, “kata Ketua Harian Batam Shipyard Offshore Association (BSOA), Novi Hasni baru-baru ini.
Menurut Novi, Batam hanya membutuhkan dukungan dan insentif dari pemerintah, khususnya BP Batam.
“Apapun jenis izin atau kebijakan yang dibuat tidak boleh lepas dari peraturan induknya, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41/2021 tentang kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (KPBPB) Batam, “katanya.
*(rky/GoWest)