BANK Indonesia (BI) Perwakilan Kepri termasuk pihak yang berada di garda terdepan dalam menciptakan pengusaha muda di Batam. Dalam empat tahun terakhir, BI mengklaim sudah mengorbitkan 100 pengusaha baru (start up). Umumnya dari kalangan usia muda.
“Program ini bekerjasama dengan Batam Pos Entrepeneurship School (BPES) dengan tujuan ciptakan wirausaha baru,” ungkap Kepala BI Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putera, dikutip dari batampos.co.id .
Setiap tahunnya, BI menyeleksi 25 dari 100-an calon pengusaha baru yang mendaftar. Setelah dipilih, mereka akan menjalani sesi wawancara untuk mengukur tingkat keseriusannya menjalankan bisnis.
Sebelum melepas ke-25 kontestan terbaik itu terjun ke dunia bisnis, bank sentral Indonesia ini akan memberikan pelatihan yang melibatkan instruktur dari BI, perbankan, Ciputra, dan BPES.
“Setelah itu mereka akan diminta untuk membentuk sebuah komunitas wirausaha. Tujuannya adalah untuk membuka pasar bersama dengan saling bertukar pikiran sehingga bisa berkembang bersama,” tambahnya.
Ke depannya, BI juga berniat mengembangkan konsep entrepreneur berbasis syariah. Gusti mengakui telah menjalin komunikasi dengan International Islamic Colleague (IIC) Malaysia dan BPES untuk mewujudkannya. “Potensi syariah cukup bagus, masjid begitu banyak, dan pesantrean juga memiliki kebutuhan rata-rata yang sangat besar,” jelasnya.
Target BI dalam program ini adalah menciptakan kalangan pengusaha dari pesantren. “Kami ingin mengikutkan sejumlah pengurus pesantren dan santrinya. Sehingga selain ilmu akhiratnya bagus, ilmu dunianya juga terjaga,” cetus Gusti.
Sedangkan mengenai sektor wirausaha yang ingin dikembangkan adalah pertanian secara hidroponik. “BI telah mencoba menggarapnya di salah satu pesantren di wilayah Nongsa,” jelasnya lagi.
Mengapa memilih pertanian hidroponik? Gusti beralasan karena terbatasnya lahan di Batam sangat menyulitkan masyarakat Batam membuka lahan pertanian.
Komitmen membangun dan mengembangkan dunia wirausaha juga digaungkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi dan Usaha Kecil Menangah (PMPK-UKM) Kota Batam.
“Kami gunakan dua langkah untuk mendorong UMKM agar bisa berkembang,” Kepala Dinas PMPK-UKM Batam, Pebrialin, juga dilansir dari batampos.co.id .
Tataran pemberdayaan diperuntukkan bagi pemula yang ingin membuka usaha. Dimana para pemula nantinya akan diberi bimbingan, pelatihan kewirausahan, serta memberikan motivasi. Sementara tataran pemberdayaan untuk pengusaha yang sudah memulai usaha mereka. Seperti membenahi aspek daya manusia, aspek kualitas sumber daya manusia untuk menghasilkan produk, aspek kemasan hingga promosi kemasan.
“Kita berharap dua hal ini bisa menunjang peningkatan ekonomi di Batam dari segi usaha. Apalagi pengusaha yang mendapat kendala di pertengahan, kita bantu untuk membenahi,” terang Pebrialin.
Menurut dia, Kota Batam merupakan daerah yang strategis bagi para start up karena terletak di daerah perbatasan. Apalagi sekarang sudah masuk ke dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sehingga para pengusaha harus mempersiapkan diri agar bisa lebih meningkatkan produk.
“MEA sudah masuk Batam. UMKM mikro, sedang dan kecil harus siap menghadapi ini. Sambil jalan, sambil belajar,” ujar Pebrian.
Dikatakan Pebrialin, rata-rata usaha di Batam bergerak di sektor kuliner, jasa dan kerajinan. Karena itu perlu adanya perbaikan dari aspek kualitas sumber daya untuk bisa meningkatkan produk. Sehingga nantinya, UMKM di Batam bisa melakukan ekspor ke luar negeri.
Pihaknya juga bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan untuk mendorong beberapa UMKM yang sudah bisa ekpor. Misalnya dari sektor kuliner dan kerajinan. Untuk ini, juga sudah ada pendamping yang ditunjuk dan ditempatkan di Kepri serta Batam.
Masih kata Pebrialin, dari data yang dimiliki Dinas PMPK-UKM, tercatat lebih dari 2.000 pengusaha di Batam. Hampir 90 persen dari jumlah itu merupakan pengusaha mikro, dan 10 persen pengusaha sedang. ***