TAHUN depan itu ASN (aparatur sipil negara), siswa TK, SD, SMP pakaian seragam batiknya, pake Batik Batam. Saat ini saja permintaan ke Dekranasda sudah waiting list, permintaan banyak tapi produksi belum banyak. Maka ini jadi kesempatan ibu-ibu untuk ikut memenuhi permintaan pasar tersebut.
Demikian ajakan yang disampaikan Ketua Dekranasda Kota Batam, Marlin Agustina Rudi keapda ibu-ibu di Tembesi Bengkel dalam kunjungannya ke wilayah tersebut pada Minggu (9/08) kemarin.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batam ini juga menjajikan siap untuk turun melatih perempuan-perempuan di Tembesi Bengkel. Mulai dari proses pembuatan batik hingga pendampingan usaha.
“Ibu-ibu tak usah khawatir, nanti cara buatnya tim kita ajarkan. Alat capnya, bahan lilinnya juga kita siapkan. Soal modal juga bisa pinjam dari Koperasi Dekranasda. Sampai ke promosi dan pemasaran juga kita bantu,” ujarnya.
Dikutip dari Media Centre Batam, dalam kesempatan tersebut, Marlin juga menyampaikan langkah-langkah apa yang harus ibu-ibu itu siapkan, jika berkeinginan untuk membuka usaha membuat kain batik.
“Adapun yang perlu dilakukan ibu-ibu adalah membentuk kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang. Dan nanti ibu-ibu bisa juga buat desain sendiri, yang khas dari sini. Kalau di sini sudah ada produksi batiknya, pegawai kecamatan kelurahan harus batik dari sini, tidak dari tempat lain,” kata Marlin.
Di Batam, sudah ada banyak pengrajin batik binaan Dekranasda. Bahkan sudah ada yang membuka workshop dan toko sendiri. Lokasinya pun tersebar di beberapa kecamatan. Marlin berharap dari Tembesi Bengkel ini pun bisa lahir pengrajin batik Batam.
“Saya berharap ibu-ibu semua mau bergerak. Ayo kita jangan mau kalah sama laki-laki. Bapak-bapak bercocok tanam. Ibu-ibu usaha kerajinan. Jadi semakin mendukung wisata alam yang ada di sini,” ajaknya.
Sebagaimana yang diketahui, kawasan wisata terpadu seperti itu, saat ini sedang dikembangkan Marlin di Pulau Ngenang. Masyarakat pulau yang masuk wilayah Kecamatan Nongsa tersebut diajar berbagai hal untuk menarik wisatawan. Mulai dari pelatihan menenun songket hingga pelayanan home stay.
“Awalnya saya beri pelatihan tenun songket untuk ibu-ibu di Ngenang. Kemudian pantai di sana juga kita bersihkan. Jadi wisatawan datang tak cuma melihat dan mencoba proses tenun songket tapi juga bisa menikmati suasana pantai. Tak berhenti di situ, masyarakat juga kita beri pelatihan home stay. Supaya wisatawan menginap di rumah warga, tidak kita bangun hotel atau penginapan. Makanan juga dari warga, tidak dibawa dari luar. Kita juga sudah kerja sama dengan travel. Sebelum pandemi ini ramai yang datang ke sana,” paparnya.
Menurut Marlin hal serupa juga bisa dibuat di Tembesi Bengkel. Wisata alam berupa hutan wisata yang ada bisa disejalankan dengan wisata membatik dan home stay.
“Tidak menutup kemungkinan juga kalau di sini ada wisata alamnya, bisa kita kembangkan. Ibu-ibunya tidak begini saja, tapi kita latih,” kata dia.
Tokoh masyarakat Tembesi Bengkel, Muhammad Yamin mewakili warga setempat mengucapkan terima kasih atas kehadiran Marlin di silaturahmi tersebut. Warga Tembesi Bengkel, menurutnya, sudah rindu untuk bertemu kembali dengan Marlin.
“Kami warga Tembesi Bengkel kangen dengan Ibu. Kita pernah bersama-sama mengukir prestasi, ketika Tembesi Bengkel ini mewakili Provinsi Kepri di tingkat nasional dalam lomba Hatinya PKK. Ini tak lepas dari peran Ibu juga. Banyak hal yang sudah kita lakukan di Tembesi Bengkel ini, yang diprakarsai ibu-ibu PKK,” ungkapnya.
*(Zhr/GoWestId)