Hubungi kami di

Uang

Isna Karyakan Eceng Gondok Jadi Produk Bernilai, Lalu Diekspor ke Amerika

Terbit

|

Tisnawati, pemilik Isna Puring. F rifki/gowest.id

TUMBUHAN eceng gondok sering dianggap hama dan mengganggu kualitas air baku. Namun, di tangan Tisnawati, tumbuhan ini menjadi sesuatu yang bernilai tambah.

Melalui bendera Isna Puring, eceng gondok ini dikaryakan menjadi barang-barang kerajinan, yang sudah diekspor hingga Amerika dan Jepang, seperti tas, tas belanja, wadah lampu, meja, kursi dan lain-lain.

“Awal mulanya karena iseng. Tapi lama-lama saya lihat potensi eceng gondok ini banyak, tapi terbuang begitu saja. Jadi, saya coba manfaatkan dipakai sendiri. Alhamdulillah berjalan hingga sekarang,” kata Isna, panggilan akrabnya saat ditemui di workshopnya yang beralamat di Bukit Ayu Lestari Blok B1 Nomor 8, Mangsang, Sei Beduk, Batam, Selasa (23/8).

Isna memulai usaha berbasis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini mulai 2013. Pada awalnya, ia membuat anyaman rajutan. Namun, bahannya didatangkan dari Jawa. “Agak terkendala di pengiriman bahan baku. Jadi, setelah itu manfaatkan (eceng gondok) yang ada di lingkungan sendiri,” tuturnya.

BACA JUGA :  Malam ini | Kiai Misbah Beri Tauziah di Peringatan Isra Mikraj Pemko Batam

Wanita berhijab ini biasa mengumpulan bahan baku eceng gondok dari Waduk Duriangkang. Di waduk tersebut, memang banyak terdapat tanaman akuatik tersebut.

“Eceng gondok dari dam itu, jadi kita ambil saja karena merupakan limbah. Kalau tidak diambil, nanti jadi pendangkalan juga. Dalam sehari itu, minimal seorang dapat 10 kilogram (kg) eceng gondok kering,” paparnya.

Untuk saat ini, Isna Puring telah memberi ruang kerja kepada sekitar 50 anggota aktif, yang kebanyakan merupakan warga tempatan.

“Eceng gondok ini tersedia gratis dari alam. Dengan mengkaryakannya, maka ikut melestarikan alam. Selain itu menjadi industri rumahan yang ikut menambah uang belanja ibu-ibu sekitar sini,” jelasnya.

Sebelum bisa digunakan, eceng gondok disortir terlebih dahulu, untuk mencari batang sepanjang 70 centimeter (cm). Lalu setelah itu, akarnya dibuang.

BACA JUGA :  Shipyard di Batam Butuh Relaksasi Pajak Pengiriman Kapal ke Daerah Pabean

“Kemudian jemur, kalau cuaca panas terik bisa 4-5 hari, tapi kalau kendala cuaca, bisa 10 hari. Setelah kering, baru bisa proses untuk buat produk dengan ditambah anti jamur dan bakteri,” kata Asnah menjelaskan ihwal proses produksi.

Hingga saat ini, Isna Puring menjadi salah satu produk unggulan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri. Selain itu, pada tahun 2018, Isna mengirim produknya ke Los Angles, Amerika dan tahun 2021 ke Tokyo, Jepang. Selain itu, Isna Puring juga mengikuti pameran di Singapura.

Selain eceng gondok, Isna juga memanfaatkan bahan ramah lingkungan lainnya untuk membuat kerajinan, seperti serat jagung, kelapa, serat bambu dan lain-lain.

“Kami juga bisa buat lukisan dari pelepah pisang. Bisa request wajah kita sendiri. Produk lukisan ini sudah diekspor juga. Selain itu, ada meja dan kursi, bisa request sesuai kustomer minta,” tutupnya (leo).

Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Sebaran

Facebook

[GTranslate]