SAAT ini Dam Duriangkang memasok sekitar 70 persen air bersih di Batam, dengan kapasitas sekitar 3.850 meter kubik per detik. Sementara saat ini, Kondisi permukaan di enam waduk di Batam, mengalami penurunan. Dimana hampir semua waduk mengalami penurunan 2-3 meter.
Head of Corporate Secretary PT Adhya Tirta Batam (ATB), Maria Jacobus, saat memberikan keterang pers pada Kamis (5/3) mengatakan, langkah rationing atau penggiliran untuk langkah awal dilakukan dengan perincian dua hari air mati dan lima hari hidup.
Kondisi itu terjadi karena curah hujan rendah, sementara penggunaan air di Batam terus naik.
Termasuk kontribusi daerah serapan air yang terganggu oleh warga sekitar. Saat ini, keberadan Dam Duriangkang sangat signifikan dalam mendukung air di Batam. Dimana, dengan distribusi 70 persen, Dam Duriangkang menyuplai air hingga ke 228,900 pelanggan ATB.
“Jika tidak kita sikapi, maka 228.900 pengguna akan berdampak,” kata maria.
Rationing sendiri, dilakukan untuk memperpanjang umur Dam Duriangkang, hingga 6 Juli 2020 mendatang. Tanpa penggiliran, suplai air hanya bertahan 13 Juni 2020. Dari 228.900 pelanggan yang ada, sebanyak 196 ribu pelanggan akan terdampak, dengan rincian pelanggan komersial sebanyak 30 ribu dan industri 3.290 terdampak.
“Jumlah itu sama dengan 82 persen total dari semua pelanggan domestik di Batam,” kata Maria lagi.
Untuk lokasi pelanggan yang terdampak rationing, terdapat di 17 lokasi. Untuk itu, Maria meminta agar BP Batam memberikan edukasi hemat air dan sosialisasi secara proaktif. Utamanya rationing 2 hari off dan 5 hari on; post rationing; recovery program semua dam pengendalian Ruli; Tembesi carsh program pembanguan IPA; dan jaringan distribusi.
“penting juga dilakukan scereening pelanggan industri dan komersial, misalnya pabrik plastik. Jadi penting melihat pelanggan yang menggunaakan banyak air, terutama pabrik plastik, karena kita mengalami keterbatasan air,” himbau Maria.
*(Bob/GoWestId)