TIM Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali menangkap empat terduga teroris di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (25/12). Ini operasi penangkapan kedua dalam pekan ini. Dalam operasi, dua orang yang disebut sebagai terduga teroris, ditembak mati karena melawan petugas.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto usai penangkapan pada minggu (25/12) mengatakan, penangkapan dilakukan di dua lokasi terpisah. Pertama, Densus menangkap dua terduga teroris di Jalan Ubrug, Cibinong, Jatiluhur, Purwakarta, pukul 09:00 WIB.
“Yang ditangkap terduga tindak pidana terorisme inisial I dan R,” kata Rikwanto.
Kedua terduga teroris tersebut, lanjut Rikwanto, tidak melakukan perlawanan saat ditangkap. Densus lantas mengembangkan jaringan teroris tersebut dengan mengintrogasi kedua I dan R di tempat.
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini mengungkapkan, Densus akhirnya mendapatkan informasi bahwa masih ada dua kawanan jaringan yang bersembunyi.
“Pengembangan dari kedua orang tersebut sekitar pukul 12:00 WIB, Densus melakukan penggerebekan bertempat di rumah Terapung Danau Jatiluhur. Dua orang pelaku inisial AS dan AF meninggal dunia berikut barang bukti (bom) setelah kontak senjata,” jelas Rikwanto.
Rikwanto menjelaskan, saat ini, kedua terduga teroris masih diperiksa secara intensif.
Namun, Rikwanto belum bisa memastikan keterlibatan jaringan ini dalam tindak pidana terorisme.
Sementara itu, Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Anton Charliyan di laman KOMPAS pada minggu (25/12) mengatakan menemukan surat instruksi menjadi “pengantin” atau pelaku bunuh diri dalam penggerebekan terduga teroris di Jatiluhur, Purwakarta, Minggu (25/12/2016).
“Di Tangerang (barang bukti peledak) sudah. Yang di sini belum. Tapi surat untuk pengantin ada,” katanya di Purwakarta.
Anton menjelaskan, belum ada petunjuk kapan aksi terorisme ini akan dilakukan dan di mana. Yang pasti sebelum mereka bergerak, pihaknya mengambil tindakan.
Barang bukti lain yang diamankan polisi adalah golok, surat untuk menjadi amaliah pengantin, serta ada surat dari Daulah Islamiah Bakiyah.
Operasi di 4 Kota
Sebelum operasi digelar di beberapa wilayah di Jawa barat saat perayaan Natal, tim Densus anti teror juga sudah melakukan operasi di 4 kota. Masing-masing Tangerang, Payakumbuh, Deli Sedang dan Batam pada rabu (21/12) kemarin.
Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul dalam keterangan persnya mengatakan Tim Densus 88 anti teror Polri berhasil menangkap 7 orang terduga teroris di 4 kota. Masing-masing 4 orang di daerah Tangerang, 1 orang di Payakumbuh SUmatera Barat, 1 orang di Deli Serdang Sumatera Utara dan satu di Batam, Kepulauan Riau. 3 Orang terduga teroris di tangerang dilaporkan tewas dalam operasi penangkapan oleh polisi pada rabu (21/12) tersebut.
Seluruh terduga yang diamankan, diduga terkait dengan jaringan teroris kelompok Jamaah Anshar Daulah yang berafiliasi ke Bachrunnaim.
Di Batam misalnya, terduga yang berinisial Ha, diduga berperan sebagai perekrut relawan yang akan diberangkatkan ke Suriah. Sejumlah barang bukti diamankan oleh Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri dari rumah AH alias A tersebut.
“Petugas menyita buku tulis dan buku panduan tentang teroris sebanyak tujuh buah. Selain itu ada juga stiker tentang teroris,” kata Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian di Polda Kepri, Rabu malam.
Bukti lain yang turut disita, kata Kapolda Kepri, berupa jaket hitam yang bertuliskan Mujahid Asosiate dengan tulisan arab Ahli Sunnah Wal Jamaah. Keseluruhan barang bukti itu langsung diamankan saat penggerebekan rumah terduga teroris AH.
Tim Densus 88 Mabes Polri juga menyita kartu identitas terduga pelaku, Sim C, BPJS Kesehatan, kartu pemilih, kartu ATM, NPWP, kartu pelajar, cat semprot 20 buah, sasaran tembak panah beserta pencetak busur panah.
Selanjutnya tali busur panah, bulu ayam, paku, kayu bhan dasar anak panah, alat bor satu buah warna biru, mata bor satu buah, gergaji besi satu buah, kertas pasir, SKCK AN Heri Absoko tahun 2011, STNK motor BP 4613 GO atas nama Hari Abisoko, slip pengiriman BRI, slip pengiriman barang JNE dan Kantor Pos.
Akhir Tahun
Beberapa kali aksi teror yang sempat tercatat di Indonesia, terjadi pada akhir tahun. Menurut Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigadir Jenderal Polisi Herwan Chaidir, pelaku teror memang mencari momentum keramaian untuk beraksi.
“Memang begitu, artinya tipe gerakan mereka seperti itu. Istilahnya kan kalau tahun baru identik dengan perayaan, berkumpul manusia yang banyak dari segala macam. Nah ini mungkin seperti itu, condong ke momentum,” kata dia di laman VIVA.
Herwan Chaidir menilai, para pelaku teror kerap memilih momentum pergantian tahun agar banyaknya korban yang berjatuhan. Apalagi pada akhir tahun bisa dipastikan, banyak orang berkumpul di luar rumah dan merayakan pergantian tahun.
“Saya kira momentum, kan bisa dipilih. Sama seperti bola, kalau gelandang kiri kosong, diserang terus di situ. Orang melakukan ibadah, orang berkumpul, ini sesuatu yang menurut kacamata mereka dan analisis kita ini nilai lebih dari yang lain. Kalau kita bom sekarang, (korban) bisa 200 orang, kalau hari biasa kan beda,” kata dia.
Wawancara CNN dengan Syofyan Tsauri, seorang mantan teroris yang dulu dikenal kombatan menjelaskan bahwa kini mantan teroris membutuhkan perlindungan dan usaha untuk kehidupannya. Deradikalisasi sulit bisa diharapkan berhasil baik, saat mantan teroris tidak mendapat perlindungan dan usaha hidup yang jelas. Keadaan diperparah lagi saat mantan teroris merasa dicurigai masyarakat atau masyarakat mengasingkan mereka.
Menurut Sofyan Tsauri seperti yang ditulis oleh Prof. Duski Samad M.Ag di blognya, ideologi jihad ini tidak akan bisa hilang. Yang harus dilakukan pemerintah bahwa diredikalisasi hanya bisa dialihkan dan disalurkan secara wajar. Evaluasi dari pihak luar tidak terlalu sulit diterima, oleh karena perlu dilakukan pendekatan edukasi dan membuka informasi tentang kegagalan jihad dengan cara teror. ***