BADAN Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri)
pada triwulan II tumbuh 5,01 persen (year om year/yoy) atau lebih baik dibanding triwulan I sebesar 2,83 persen.
Berdasarkan data tersebut, Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, optimistis pada triwulan III dan IV-2022 perekonomian Kepri akan tumbuh lebih positif.
“Sebab pada triwulan III dan IV, proyek-proyek pemerintah sudah mulai dibayarkan, otomatis uang akan mulai beredar di masyarakat, pengaruhnya sangat besar bagi perekonomian,” kata Ansar di Tanjungpinang, dikutip dari Antara, Selasa (9/8/2022).
Selain itu, menurut Ansar, sektor pariwisata di Kepri juga sudah mulai berjalan seiring meningkatnya geliat kunjungan turis asing dan perhelatan kegiatan-kegiatan pariwisata, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara agregat lebih tinggi daripada tahun lalu.
Terkait pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 sebesar 5,01 persen, ia menyakini pencapaian itu menjadi penanda optimisme terhadap pemulihan ekonomi Kepri yang semakin terjawab.
“Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini, Kepri berpotensi kembali ke jalur asal sebagai barometer capaian perekonomian daerah di atas nasional,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Gubernur Ansar juga meminta Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri untuk membahas teknis bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan pemangku kepentingan terkait mengenai sektor-sektor yang dapat diintervensi dalam mengatasi inflasi.
“Bantu kita memilah komoditas yang masih tinggi dan mana-mana sektor yang dapat diintervensi, juga bentuk intervensinya itu seperti apa, selain operasi pasar yang telah dilakukan. Karena inflasi berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi ” ujar Gubernur.
Sementara itu, Kepala BPS Kepri, Darwis Sitorus ikut menyampaikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Kepri terus berlanjut dan semakin menguat seiring dengan membaiknya kinerja triwulan II-2022.
Capaian ini juga membuat pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan II 2022 (yoy) mendekati pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II-2022 yang mencapai 5,44 persen (yoy) yang cukup tinggi di tengah risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat.
(*)