Catatan Netizen
“Kotanya Para Pengopi Itu Kini Berusia 20 Tahun”

Ingin tahu nikmatnya minum kopi? Sesekali datanglah ke Tanjungpinang. Kota sedang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau ini, kedai kopi adalah nafasnya. Dari pelabuhan sampai batas kota di kilometer 14, berbagai kedai kopi berderet tanpa takut kehilangan pelanggan.
————
Oleh : Suyono Saeran
DUNIA kopi memang sudah menyatu dalam aliran darah masyarakat Tanjungpinang meski daerah ini bukanlah penghasil kopi. Saking akrabnya dengan dunia perkopian, masyarakat Tanjungpinang dengan mudah bisa bedakan jenis-jenis kopi yang disajikan.
Menjamurnya kedai kopi juga menjadi gambaran betapa masyarakat Tanjungpinang merupakan masyarakat yang santai.
Kedai kopi juga bukan sekedar tempat kumpul, kongkow-kongkow dan melepas penat setelah seharian bekerja, lebih dari itu kedai kopi di Tanjungpinang merupakan tempat menyelesaikan segala urusan baik soal pekerjaan, urusan kantor, bisnis, menjalin persahabatan dan lainnya.
Tanjungpinang memang kota yang unik. Setelah lebih dari 20 tahun saya tinggal di kota ini, baru saya rasakan betapa saya mencintai kota yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 yang ditandatangani oleh Presiden RI Abdurrahman Wahid pada tanggal 21 Juni 2001 lalu itu. Kota yang dicatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85 dan peresmian Kota Tanjungpinang oleh Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Hari Sabarno, pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta. Ini memang sangat menarik.
Kehidupan masyarakat selalu diwarnai kedamaian.
Meski berbagai suku ada di dalamnya namun semua merasa punya tanggung jawab yang sama dalam menjaga harmoni kehidupan. Prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, telah menjadi roh masyarakat Tanjungpinang dalam menguatkan perasaan sepenanggungan, tanggung jawab dan sikap menjaga agar kota ini tetap dihiasi gemerlap kebersamaan yang jauh dari faksi-faksi kesukuan yang mengedepankan ego dan perasaan superior.
Di tengah masyarakatnya yang tiada lelah menjaga harmoni kehidupan, kota yang punya luas wilayah sekitar 239, 5 kilometer persegi ini juga tengah dipenuhi mimpi-mimpi besar.
Maklum, sebagai ibu kota sebuah provinsi, dinamika di dalamnya harus dibarengi perubahan-perubahan besar dalam mengejar ketertinggalan. Tanjungpinang mulai bangkit dan bersolek agar bisa segera tampil sebagai kota yang maju, modern dan infrastruktur yang lengkap.
Mulai dari Pulau Penyengat yang merupakan salah satu ikon Tanjungpinang, juga beberapa ruas jalan di kota lama, jalan Bandara, dan beberapa tempat lainnya yang melalui Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad secara perlahan akan merubah Tanjungpinang menjadi destinasi baru yang menawan.
Inilah yang membuatku makin mencintainya. Makin meletupkan andrenalinku untuk tetap memberikan yang terbaik bagi kota dimana aku dan keluargaku bisa menikmati mie lendir, gonggong, dan dunia akau yang menyajikan aneka kuliner khas Tanjungpinang.
Kota yang kini dihuni oleh 227.663 jiwa ini terus menggeliat dalam optimisme yang tinggi. Meski persoalan sosial satu persatu bermunculan mulai dari kemacetan, persoalan harga lahan yang mulai melangit, tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru yang tidak dibarengi fasilitas umum yang standar serta kerawanan sosial lainnya, namun Tanjungpinang terus maju dengan optimistis yang tinggi.
Para pembuat kebijakan dengan kesadaran yang besar juga mulai berpikir kreatif bagaimana menyulap kota ini menjadi salah satu ikon Kepulauan Riau yang nantinya dikenal secara luas, tidak hanya nasional tetapi juga dunia internasional.
Sehingga anekdot tentang Tanjungpinang itu bukan Pangkal Pinang tidak lagi terdengar begitu menyakitkan di telinga kita.
Selamat ulang tahun yang ke 20 kota kecilku……
(*)
Seperti ditulis oleh Suyono Saeran di akun jejaring sosial miliknya.