ASOSIASI Pengusaha (Apindo) Batam menyebut penghentian ekspor babi dari Pulau Bulan ke Singapura menyebabkan kerugian hingga Rp 28 miliar. Adapun penyebab keran impor ditutup yakni karena babi yang diekspor tersebut terindikasi terinfeksi penyakit flu babi Afrika oleh Singapore Food Agency (SFA).
“Jadi jika kita hitung saat ini sudah 14 hari keran ekspor ke Singapura ditutup. Nilai kerugian sementara ini kita perkirakan sekitar Rp 28 Miliar,” ucap Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid, Senin (8/5/2023) di Batam.
Namun demikian, pihaknya memaklumi langkah preventif yang dilakukan pihak Singapura demi mencegah penyebaran virus tersebut. Adapun di Batam sendiri, peternak babi yang melakukan ekspor ke Singapura hanya ada di Pulau Bulan dan dikelola oleh PT Indotirta Suaka.
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa mengatakan, penyakit ini telah masuk ke Indonesia sejak 2019 silam, diawali dari China. Penyakit ini terbilang cukup berbahaya lantaran daya bunuhnya terhadap babi hampir 100%, dengan radius penularannya sekitar 3 km.
“Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100% daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya,” ucapnya pada Minggu (7/5/23).
Meski cukup berbahaya, Hari menekankan flu babi ini tidak akan berdampak pada kesehatan manusia. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman.
Tidak hanya itu, Hari juga mengatakan, virus ASF tidak akan bertahan lama di udara terbuka. Adapun jika daging babi yang terinfeksi ASF terkena sinar matahari dalam beberapa waktu, virus di dalamnya akan mati.
Meski begitu, tetap saja memotong hewan yang tidak sehat untuk dijadikan bahan konsumsi itu dilarang. Karena itulah, menjaga kebersihan kandang dan melakukan karantina ketat tetap penting untuk dilakukan para peternak demi mencegah penularannya.
Di sisi lain, langkah penghentian impor yang dilakukan Singapura ini akan memberikan dampak yang cukup besar bagi Perekonomian, khususnya bagi para peternak babi di Kawasan tersebut. Bagaimana tidak, setiap harinya Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi dengan nilai kurang lebih sekitar Rp 2 Miliar (leo).