BLOKADE darat, udara, dan laut Jalur Gaza sepanjang 12 tahun telah mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 warga Palestina. Organisasi amal yang berbasis di Jalur Gaza mengatakan, lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas akibat blokade Israel yang sedang berlangsung di daerah pantai.
Koordinator organisasi amal tersebut, Ahmad Al Kurd mengatakan, lima bayi prematur yang lahir dalam beberapa hari terakhir meninggal karena kurangnya perawatan medis yang tersedia.
“Dari 1.000 korban blokade tersebut, 450 meninggal akibat buruknya situasi kesehatan di Gaza, seperti kurangnya pasokan medis dan krisis rujukan medis untuk perawatan di luar,” ujar Al Kurd seperti dilansir Aljazeera, Senin, (26/2).
Warga Gaza terus menghadapi situasi putus asa karena blokade menimbulkan kekurangan air dan listrik. Juga kurangnya obat-obatan dan dokter sehingga tidak dapat melakukan operasi.
Untuk menggantikan penggunaan listrik, warga memakai dengan lilin dan kayu bakar untuk pencahayaan. Sebab di Gaza terjadi krisis pemadaman listrik yang berlangsung antara 18-20 jam sehari.
“Penggunaan lilin, kayu bakar, atau generator telah mengakibatkan kebakaran di rumah yang merenggut nyawa anak-anak dan orang dewasa,” katanya.
Selanjutnya, jumlah pekerja yang terbunuh di ladang pertanian, perikanan dan terowongan sudah mencapai 350 orang.
Al Kurd menggambarkan Jalur Gaza, di mana dua juta warga Palestina tinggal, sebagai penjara terbesar di dunia. “Gaza adalah daerah bencana di semua wilayah, kesehatan, lingkungan, sosial, dan energi,” katanya.
Pemerintah Palestina harus menyediakan kebutuhan di Jalur Gaza seperti pasokan medis, bantuan sosial, membayar gaji pegawai pemerintah, dan memberikan tekanan untuk membuka penyeberangan perbatasan.
(ina/JPC)