NAIKNYA kasus Covid-19 dari varian Omicron di Indonesia membuat para pakar kesehatan khawatir dengan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di wilayah PPKM level 1 dan 2.
Seperti disampaikan mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama. Ia mendorong agar pemerintah mengevaluasi aktivitas PTM di sejumlah daerah yang masuk kategori zona perang penularan Covid-19 di Indonesia.
Sebab, kata Tjandra, ia melihat sejauh ini, karakteristik varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron lebih cepat menular pada golongan usia anak-anak dibandingkan dengan varian Covid-19 yang sebelumnya.
“Ada daerah yang disebut sebagai medan perang atau battlefield pertama melawan Omicron di negara kita, dan di daerah battlefield itu disebutkan juga sudah ada beberapa kecamatan yang masuk zona merah,” kata Guru Besar FKUI kepada CNNIndonesia.com, Selasa (25/1).
Tjandra lantas mendorong agar pemerintah memberikan keleluasaan anak agar tetap diperbolehkan memilih PTM atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Selain itu, anak dengan komorbid perlu memeriksakan diri dahulu, kelengkapan imunisasi untuk dapat ikut PTM serta mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah juga harus disiapkan.
“Jadi, setidaknya di zona merah dalam suatu medan perang maka baik kalau upaya perlindungan kesehatan ditingkatkan, termasuk evaluasi pelaksanaan PTM setidaknya dimulai di daerah-daerah itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Tjandra juga menyebutkan ada potensi anak dapat mengalami komplikasi berat atau multisystem inflammatory in children associated with Covid-19 (MIS-C), dan bahkan komplikasi long Covid-19.
Ia menambahkan, pakar kesehatan dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, juga mulai membicarakan kemungkinan kejadian long Covid-19 pada anak ini. Kendati demikian, kemungkinan itu menurutnya masih perlu diteliti lebih lanjut.
“Penelitian di Afrika Selatan juga misalnya, dengan data dari 56.164 Covid-19 yang masuk rumah sakit, mereka menemukan bahwa angka masuk rumah sakit anak di bawah empat tahun ternyata 49 persen lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta,” jelasnya.
Dengan temuan itu, Tjandra meminta agar pemerintah tetap waspada dan tidak gegabah dalam memutuskan kebijakan. Ia kemudian menyinggung tren naiknya kasus Covid-19 yang mulai terjadi dalam dua pekan terakhir.
Selain melihat kecenderungan peningkatan angka positif Covid-19, ia juga menilai bahwa pemerintah perlu juga menilai perkembangan angka reproduksi atau reproductive number Covid-19, yang bakal menunjukkan potensi penularan di masyarakat, apalagi angka transmisi local varian Omicron juga terus meningkat.
Pemerintah sebelumnya memastikan PTM terbatas 100 persen di sekolah akan tetap berlanjut, meski penyebaran virus corona varian Omicron melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Pemerintah menilai belum ada kejadian luar biasa dalam penyebaran varian Omicron.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan, setiap kebijakan yang diambil pemerintah terkait penanganan penyebaran varian Omicron harus selalu tepat dan terukur. Ia lantas mengklaim pemerintah selalu menggunakan data untuk menganalisa dan memprediksi kondisi pandemi.
Terpisah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga masih menerapkan PTM 100 persen di sekolah meski penularan virus corona varian Omicron tengah meningkat. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan PTM 100 persen diterapkan mengikuti arahan pemerintah pusat.
(*)
sumber: CNNIndonesia.com