EPIDEMIOLOG Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengingatkan pemerintah agar segera melakukan langkah mitigasi dengan cara membatasi mobilitas masyarakat.
Ia memprediksi bakal terjadi lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Sebab, kata Dicky, temuan dua kasus kematian pada pasien Omicron bisa dianggap ultimatum kepada pemerintah agar lebih memperhatikan Covid-19 varian Omicron.
Pasalnya, lanjut Dicky, varian ini lebih mudah menginfeksi sehingga bisa mengakibatkan jumlah pasien di rumah sakit bertambah.
“Artinya seperti yang selalu saya sampaikan, Omicron ini variant of concern yang berbahaya, yang serius dampaknya dan ada potensi menyebabkan kematian dan keparahan pasien di rumah sakit,” kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (23/1).
Dia juga mengingatkan angka kematian akibat infeksi Covid-19 varian Omicron bukan tidak mungkin terjadi pada anak-anak yang rentan tertular. Ditambah dengan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) pada anak SD, padahal capaian vaksinasi anak 6-11 tahun masih rendah.
“Kerawanan ini juga berpotensi pada anak usia 6 tahun ke atas yang mulai PTM, dan anak usia 6 tahun ke bawah yang termasuk kelompok rentan, kalau tidak mitigasi cepat kematian pada anak akan muncul,” ucap Dicky.
Menurutnya langkah mitigasi yang tepat adalah dengan membatasi kegiatan PTM 100 persen di lingkungan pendidikan. Ia kembali menyarankan opsi Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ di sekolah.
Demi melindungi lansia dan kelompok rentan lainnya, Dicky juga meminta agar kegiatan perkantoran dimaksimalkan untuk bekerja dari rumah (WFH) untuk membatasi mobilitas masyarakat.
“Langkah mitigasinya apa? PTM sebulan ini selama masa krisis harus ditunda dulu, termasuk WFH harus ditingkatkan karena itu yang akan membantu,” ujar Dicky.
Sebagai informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan dua kasus kematian pasien Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Korban meninggal merupakan dua warga lanjut usia (lansia).
Kemenkes mencatat dua kasus meninggal tersebut memiliki gejala berat dan salah satunya memiliki komorbid yang tidak terkendali.
(*)
sumber: CNNIndonesia.com