Dunia
The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Lagi, Waspada Ancaman Resesi

BANK sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, masih akan agresif dalam menjalankan kebijakan suku bunga moneternya guna meredam inflasi yang panas.
The Fed telah sebelumnya sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase awal bulan ini. Kenaikan itu menjadi yang terbesar dalam lebih dari dua dekade terakhir.
Dalam risalah pertemuan The Fed pada 3-4 Mei 2022 yang dirilis Rabu (25/5/2022), rapat bank sentral nampaknya bakal ada kenaikan suku bunga lagi dengan peningkatan sekitar seperempat poin persentase.
“Sebagian besar peserta menilai bahwa kenaikan 50 basis poin dalam kisaran target kemungkinan akan sesuai pada beberapa pertemuan berikutnya,” menurut risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal awal Mei ini, dilansir dari CNN, Kamis (26/5/2022).
Pelaku pasar sudah memprediksi hal itu. Bagaimanapun, The Fed sedang mencoba untuk memerangi tingkat inflasi tertinggi dalam 40 tahun.
“Kita akan mengalami dua kali kenaikan 50 basis poin berturut-turut selama beberapa pertemuan berikutnya. Jika kurang, pasar akan berpikir The Fed tidak menganggap serius situasi ekonomi dan inflasi yang tinggi. Jika lebih, pasar akan berpikir itu lebih buruk dari yang kita duga,” kata David Rubenstein, salah satu pendiri dan salah satu ketua Carlyle Group.
Naiknya suku bunga The Fed akan memberi goncangan kepada ekonomi dunia. Dengan naiknya suku bunga acuan AS maka akan membuat dolar AS menguat. Nah penguatan dolar AS ini akan membuat barang-barang komoditas yang melawan dolar menjadi mahal. Jika indeks dolar terus meningkat maka pasar akan khawatir adanya resesi.
Pasar keuangan sendiri telah menyaksikan beberapa turbulensi sejak pertemuan The Fed pada awal bulan ini. Di sisi lain, data ekonomi, termasuk sentimen konsumen lebih lemah dari yang diharapkan.
Pertemuan The Fed untuk penetapan kebijakan berikutnya dijadwalkan pada pertengahan Juni, akhir Juli, dan akhir September. Ketua Fed Jerome Powell telah berulang kali menekankan bila pihaknya akan memperketat kebijakan moneter.
Selain itu, bank sentral berusaha mendinginkan ekonomi tanpa mendorongnya ke dalam resesi. Itu biasanya disebut sebagai pendaratan yang mulus.
Setelah produk domestik bruto AS, ukuran terluas dari aktivitas ekonomi, menurun pada kuartal pertama tahun ini, para ekonom mulai khawatir bahwa negara tersebut mungkin sudah berada dalam resesi.
Pejabat The Fed malah mengaitkan penurunan kuartal pertama dengan kategori tertentu yang cenderung bergejolak dan kemungkinan akan diimbangi oleh kekuatan permintaan, pasar tenaga kerja, dan produksi industri.
(*)
sumber: detik.com