USAHA budidaya rumput laut cukup menjanjikan di wilayah Kepulauan Riau (Kepri). Untuk itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DPK) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mendorong warga pesisir untuk mengembangkan budidaya rumput laut.
Kepala DKP Kepri, Tengku Said Arif Fadillah, mengatakan wilayah pesisir Kepri memiliki potensi untuk dikembangkan rumput laut. Hanya saja, bisnis rumput laut belum merambah di pesisir Kepri.
“Budidaya rumput laut baru dikembangkan di Pulau Jaga, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, dan Belakangpadang, Kota Batam,” kata Arif di Tanjungpinang, dikutip dari Antara, Jumat (1/7/2022).
Dia mengatakan, bisnis rumput laut di Belakangpadang mulai berkembang, meski harga komoditasnya masih rendah. Rumput laut jenis sargasum dalam bentuk kering yang berkembang di Belakangpadang sudah diekspor ke Cina, namun hanya Rp 1.700/ per kilogram (kg).
Meski demikian, kata Arif, dalam seminggu kelompok budidaya rumput laut itu dapat mengekspor rumput laut hingga 5 ton. “Kami ingin nelayan sejahtera, tidak hanya sebagai nelayan tangkap, melainkan juga mendapatkan hasil dari pengembangan rumput laut,” kata mantan Sekda Kepri itu.
Arif mengatakan budidaya rumput laut dapat dikembangkan oleh kelompok nelayan. Namun pemerintah membutuhkan keterlibatan berbagai pihak untuk mendorong nelayan lebih kreatif memanfaatkan potensi pesisir sebagai sumber pendapatan baru seperti budidaya rumput laut.
Salah satu yang memiliki peran penting yakni kepala desa. Di Kepri terdapat sedikitnya 72 pulau, yang potensial dikembangkan budidaya rumput laut seperti di Belakangpadang.
Namun Arif menginginkan rumput laut yang dikembangkan jenis SL, bukan sargasum sehingga harganya lebih mahal. Pengembangan rumput laut dengan harga yang tinggi sudah dilakukan oleh kelompok nelayan di Bombana, Sulawesi Tenggara. Harga rumput laut yang sudah diolah menjadi tepung di daerah itu mencapai Rp 32.000/kg.
Menurut dia, sejumlah investor asing tertarik mengembangkan bisnis itu di Kepri, salah satunya pengusaha asal Cina. Namun Arif menginginkan investor rumput laut itu tidak hanya menjadi kelompok nelayan sebagai pekerja, melainkan pemilik saham.
“Di Kepri, butuh investor untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga tidak dijual mentah. Kami ingin nelayan memperoleh salah dalam pengelolaan tepung rumput laut. Ini akan meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucapnya.
Arif menambahkan pemerintah pusat dan Pemprov Kepri serius mendorong nelayan tangkap juga mengembangkan budidaya rumput laut. Tahun depan, Pemprov Kepri akan mengalokasikan anggaran untuk bibit rumput laut.
Pelaku budidaya rumput laut juga diharapkan mampu membangun siklus pengembangan bibit hingga panen. “Saat panen juga disisakan untuk bibitnya,” katanya.
Pengetahuan soal itu, salah satu hal yang penting diberikan kepada pelaku usaha ini. Karena itu, Pemprov Kepri bekerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten agar dapat mengembangkan budidaya rumput laut.
“Kami kerja sama dengan pihak kampus, seperti Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kami juga menjalin kerja sama dengan para ahli di BRIN,” katanya.
(*)
Gowest.id